Jumat, 31 Juli 2015

Berserah diri dan Bersabar dalam Menghadapi Fitnah

Harus bersabar, berkhusnudzon, menjalani fitnah kehidupan, karena Ar Rohman tidak mungkin menzalimi hamba-hambaNya, melainan hamba-hambanya lah yang menzalimi dirinya sendiri (karena kurang berserah diri dan mendekat pada Ilahi yang telah memberikannya kehidupan)... Bahwa Allah SWT Maha Baik, musibah akan menghapus dosa dan meningkatkan derajat di sisi Ar Rohman... ALLAH SWT yang memberikan rizki pada makhluknya pasti bertindak adil pada setiap makhluk-makhlukNya... Setiap perbuatan ada balasannya: kebaikan dibalas kebaikan, keburukan dibalas dengan keburukan, sesuai yang tertulis di Al Quran dan Sunnah... Maka itu jangan berputus asa dari RahmatNya yang besar... Seperti ibu yang memelihara anak-anaknya, meski anaknya jauh dan bertindak ceroboh, si ibu tetap mendoakan si anak dan tetap memberikannya uang, sama dengan anaknya yang dekat, kecerobohan dan kesalahan anaknya akan dihadapi anaknya sendiri... Kasih sayang ibu terhadap anaknya yang besar... Wallahu'alam

Teladan

Meneladani ketulusan hati nabi dan rasul dalam beribadah kepada ALLAH AZZA WA JALLA

Kamis, 30 Juli 2015

Doa

Allahummarzuqna fahman nabiyyin wa hifdzal mursaliin wa ilhamal malaikatil muqarrabin ya arhamar raahimiin.

Mencintai Muslim

Mencintai sesama muslim sebagai upaya mencintai Rasulullah Muhammad saw, karena Rasulullah Muhammad, mencintai umatnya... Wallahu'alam

Mencari Ridho Ilahi, Rabbul 'alamin

Jangan merasa lebih baik dari orang lain, tugas manusia, sebagai makhluk ciptaan ALLAH SWT, hanya menghamba pada Ar Rohman.... Mentadabburi ayat-ayatNya, berzikir, beristighfar, sebagai upaya Taqarrub Ilallah, hidup harus ikhlas... Wallahu'alam

Sikap Pemaaf Rasulullah dan Seorang Kafir yang Meludahinya

RASULULLAH memiliki sifat yang sangat mulia yaitu seorang pemaaf. Ia tidak mudah sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci, dihina, disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.
Diriwayatkan, setiap kali Rasulullah pulang dari masjid beliau diludahi oleh seorang kafir. Suatu hari Rasulullah tidak mendapati orang tersebut, ketika ia mengetahui orang itu ternyata sakit, beliau bergegas menjenguknya. Dan karena sebab itulah orang tersebut masuk Islam.
Dalam perjalanan dakwah ke Taif pun tidak kalah pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi. Rasulullah ditolak oleh pemimpin Tsaqiif, bahkan beliau dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.
Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka, Rasulullah menolak bahkan mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.
Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?
Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada di sekitar kita. Padahal, perasaan seperti itu kalau dibiarkan sangat mungkin akan dapat mengganggu kesehatan jasmani, seperti menimbulkan stress, penyakit darah tinggi, jantung dan lain-lain.
Soal keutamaan menahan amarah, Allah telah berfirman dalam Alquran:
“ ………Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134)
Pada firman yang lain dikatakan “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS: As-Syuraa: 43)
Penjelasan lain mengenai keutamaan menahan amarah ini juga bisa dilihat dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah kekuatan itu dengan menang dalam bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika ia marah.” (HR. Imam Bukhari Muslim).

Pemaaf

Apa yang menimpa diri kita adalah fitnah (Cobaan, musibah, dan azab)... Menerima dengan lapang dada takdir baik dan takdir buruk yang ALLAH SWT tetapkan, memaafkan kesalahan orang lain, berserah diri pada Ilahi... Rahmat dan Maghfiroh ALLAH SWT yang luas, dan jangan berputus asa dari RahmatNya... Wallahu'alam

Mencinai Itrah Rasulullah Muhammad saw

Mencintai Itrah Rasulullah Muhammad saw, karena Rasulullah Muhammad saw adalah Kekasih ALLAH SWT... Wallahu'alam

Dijamin Jannah

Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setiap ummatku pasti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Shahabat bertanya, "Ya Rasulallah, siapa yang tidak mau?" Beliau menjawab, "Mereka yang mentaatiku akan masuk surga dan yang menetangku maka dia telah enggan masuk surga." (HR Bukhar)

Selasa, 28 Juli 2015

Rahmat

Rahmat dari ALLAH SWT berupa nafas kehidupan harus disyukuri, apabila disyukuri maka akan bertambah nikmatnya, sebaliknya akan lebih menderita... Wallahu'alam

Chairil Anwar

Seorang muslim yang bertobat yang yakin pada pada kekuasaan ALLAH SWT dan Kenabian Muhammad saw (hasil didikan yang baik dari orang tua)... Wallahu'alam

ALLAH MAHA KUASA

ALLAH Yang Maha Kuasa tidak butuh musuh untuk menunjukkan kekuasaanNya... Maha Suci ALLAH SWT Yang Maha Mengalahkan... Wallahu'alam

Ridho Ilahi

Mencari ridho manusia tidak akan pernah selesai/ tidak akan pernah habis, begitu juga memperturuti hawa nafsu... Keridhoan Ilahi (yang lebih besar besar dan pantas dijadikan harapan)... Selamat dan bahagia dunia akhirat... Wallahu'alam

Terperdaya

Jangan terperdaya oleh tipu daya setan yang mencoba menyesatkan manusia... Misal pengikut setan mengajak berzina, dengan iming-iming materi, jangan mau! Karena kau akan menyesal, ia akan menipumu dan membawa ke lubang kebinasaan... Naudzubillah min dzalik... Wallahu'alam

Jumat, 24 Juli 2015

Hidup untuk Beribadah

Penghambaan kepada Ar Rohman adalah hakikat sejati dari kehidupan/ tujuan hidup (beribadah kepada ALLAH SWT/ nikmat iman Islam) yakni anugrah atau Rahmat tentang pengetahuan tentang keilahian dan tentang kenabian Rasulullah Muhammad saw, penghambaan secara ikhlas kepada Ar Rohman yang akan membawa kita pada keridhaan Ilahi dan JannahNya... Selain penghambaan kepada Ar Rohman adalah orang tersesat atau orang yang dimurkai... Dan tidak mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat... Orang yang menyembah selain ALLAH TA'LA pasti akhlaknya rusak, dan kehidupannya tidak bahagia di dunia, apalalagi setelah kematiannya (kebahagian sejati)... Wallahu'alam

Setan yang menyesatkan

Sesat berarti menzalimi diri sendiri, karena membiarkan diri diperbudak oleh setan yang sejatinya menginginkan manusia diperbudak oleh hawa nafsunya dan membiarkan dirinya dikuasai oleh setan... Setan ingin menguasai manusia dengan menipu manusia, dan menyamar sebagai "malaikat penyelamat"/ talbis Iblis (kalau tidak sesuai Al Quran dan Sunnah), padahal di sisi ALLAH TA'ALA-lah kebenaran sejati yang membawa manusia selamat dunia akhirat dengan mengikuti Rasulullah Muhammad saw, kekasih ALLAH SWT... Wallahu'alam

Kamis, 23 Juli 2015

Berdoa dikabulkan

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka sesungguhkan Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186)

Jika kita mendoakan kebaikan, maka akan dikabulkan, sebaliknya juga akan dikabulkan, namun jika kita mendoakan keburukan pasti akan ada hisabnya di sisi ALLAH SWT, yang Maha Adil... Kedekatan kita dengan Ar Rohman mempengaruhi dikabulkannya doa itu... Oleh karena itu, kita harus mendekatkan diri dengan Ar Rohman dengan berbagai cara, semisal beribadah dengan berkumpul dengan orang soleh atau berdoa di Kakbah, yakni Arasy ALLAH TA'ALA di bumi, agar doa-doa yang baik untuk diri sendiri , keluarga, kaum muslimin dan muslimat dikabulkan oleh Ar Rohman... Wallahu'alam 

Rabu, 22 Juli 2015

Iblis yang Terkutuk

Iblis melakukan pembangkangan terhadap ALLAH SWT karena tidak mau menuruti perintah Allah SWT yakni bersujud pada Nabi Adam as. Manusia makhluk ciptaan ALLAH SWT yang paling baik... Kemudian Iblis dikucilkan oleh ALLAH SWT keluar dari Jannah dan dikutuk, karena durhaka kepada Ar Rohman... Iblis yang membangkang memilih memusuhi manusia dan menjadi musuh ALLAH SWT yang kemudian memilih menyesatkan manusia agar kafir kepada ALLAH SWT (kecuali mereka yang ikhlas dan berserah diri tunduk kepada Ar Rohman)

Kekuasaan

Kekuasaan adalah hak ALLAH SWT yang dianugerhakan kepada orang yang berhak yakni mereka yang mengikuti jejak Rasulullah Muhammad saw sesuai Al Quran dan As Sunnah, yang bertakwa... Wallahu'alam

Minggu, 19 Juli 2015

Manusia

Manusia diciptakan ALLAH SWT untuk merasakan kasih sayangNya dan mengenalnya dan beribadah kepadaNya secara ikhlas dan merasakan dan menikmati Rahmat dan KaruniaNya yang besar di dunia dan di akhirat dari Ar Rohman... Walllahu'alam

Abdullah

Hanya Hamba ALLAH SWT yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya, ALLAH SWT... Seorang muslim yang ditugasi oleh ALLAH SWT untuk beribadah, berdakwah tauhid yakni mengajak manusia beribadah kepada Ar Rohman secara ikhlas agar mencapai keselamatan dunia dan akhirat dan memiliki akhlakuk karimah yang Rahmatan Lil'alamin... Insya ALLAH... Wallahu'alam

Beriman dan Berbuat Kebaikan

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman: 22)

Selasa, 07 Juli 2015

Solat Syuruq

(Tirmidzi berkata:) Telah berkata kepadaku Abdullah bin Muawiyah al-Jumahi, telah berkata kepadaku Abdul Aziz bin Muslim, telah berkata kepadaku Abu Zhilal dari Anas bin Malik, beliau berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjamaah kemudian duduk dan berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata: Rasulullah bersabda: ” Sempurna, Sempurna, Sempurna”. Abu Isa (Tirmidzi) berkata: Hadits ini adalah hadits hasan Gharib. Dia (Tirmidzi) juga bertanya: “Saya telah menanyakan kepada Muhammad bin Ismail tentang Abu Zhilal. Maka dia menjawab: Dia adalah Muqaribul Hadits, namanya adalah hilal.

Gamis

Konsep Nur Muhammad dalam Al Quran

Bismilahirrahmanirrahim Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu `Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Washohbihie Waman Walaah amma ba'du…
 
 
Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad (Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki dasar dalam 'aqidah Islam. Padahal, konsep Nur Muhammad adalah suatu konsep 'aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang diterima dan diakui oleh ijma' (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama' tasawwuf (awliya' Allah) dalam kurun waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Quran dan Hadits Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Konsep 'aqidah Nur Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam adalah makhluq pertama yang diciptakan sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang kemudian darinya, Ia Subhanahu wa Ta'ala menciptakan makhluq-makhluq lainnya. Pada artikel ini, insha Allah akan dijelaskan, dalil-dalil qath'i (bukti yang pasti) berupa ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan atribut Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam sebagai Nur (cahaya) yang dikaruniakan Allah Ta'ala bagi segenap alam semesta. Akan kita dapati pula, penjelasan dari berbagai ulama ahli tafsir (mufassir) akan makna ayat-ayat tersebut.

================================
Allah Subhanahu wa Ta'ala sendirilah yang menyebut Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai "Siraajan Muniiran" (makna literal: Lampu yang Bercahaya).
Hal ini dapat kita perhatikan dari ayat-ayat berikut:
1. dalam QS. Al-Maidah 5:15

قَدْ جَاءكُم مِّنَ اللّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ
"…Qad jaa-akum min-Allahi nuurun wa kitaabun mubiin"
"…Sungguh telah datang padamu dari Allah, nuur (cahaya) dan kitab yang jelas dan menjelaskan"
2. dalam QS.An-Nur 24:35
مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلَى نُورٍ
"…Matsalu nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaah, al-mishbaahu fii zujaajah; az-zujaajatu kaannahaa kaukabun durriyyun yuuqadu min syajaratin mubaarakatin zaituunatin laa syarqiyyatin wa laa gharbiyyatin yakaadu zaituhaa yudhii-u wa lau tamsashu naarun; nuurun 'alaa nuurin…"
"…Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti suatu misykat (bundel) di mana di dalamnya ada suatu lampu, lampu itu ada dalam gelas, dan gelas itu seperti bintang yang berkelip, dinyalakan dari pohon yang terberkati, suatu zaitun yang tak terdapat di timur maupun di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir sudah bercahaya sekalipun api belum menyentuhnya; cahaya di atas cahaya…"
3. dalam QS. Al-Ahzab 33: 45-46
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً
وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً
"Yaa Ayyuhan Nabiyyu inna arsalnaaka Syahiidan wa Mubassyiran wa Nadziiran. Wa Daa-'iyan ila-Allahi bi-idznihii wa Sirajan Muniiran"
"Wahai Nabi sesungguhnya Kami telah mengutusmu sebagai seorang Saksi, Seorang Pembawa kabar gembira, dan seorang Pemberi Peringatan, dan sebagai Seorang Penyeru (Da'i) kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai suatu Lampu yang menebarkan Cahaya".
TAFSIR DAN INTERPRETASI AYAT
I. Mengenai ayat pertama (5:15)
- Qadi 'Iyad berkata, "Beliau (Nabi) dinamai cahaya (Nuurun) karena kejelasan perkaranya dan karena fakta bahwa Nubuwwahnya (Kenabiannya) telah dijadikan amat jelas, dan juga karena menerangi cahaya orang-orang mukmin dan 'arif billah dengan apa yang beliau bawa."
- Suyuti dalam Tafsir al-Jalalayn, Fayruzzabadi dalam Tafsir Ibn 'Abbas berjudul Tanwir al-Miqbas (hlm. 72), Shaykh al-Islam, Imam Fakhr al-Din ar-Razi, Mujaddid abad keenam, dalam Tafsir al-Kabir-nya (11:189), Qadi Baydawi dalam Tafsirnya yang berjudul Anwar al-Tanzil, al-Baghawi dalam Tafsir-nya berjudul Ma'aalim al-Tanzil (2:23), Imam al-Shirbini dalam Tafsirnya berjudul al-Siraj al-Munir (hlm. 360), pengarang Tafsir Abi Sa'ud (4:36), dan Thana'ullah Pani Patti dalam Tafsir al-Mazhari-nya (3:67) berkata: "Apa yang dimaksudkan sebagai suatu Cahaya (Nuurun) adalah: Muhammad, sallalLahu 'alayhi wasallam."
- Ibn Jarir al-Tabari dalam Tafsir Jami' al-Bayan-nya (6:92) berkata: "Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah: Ia maksudkan dengan Cahaya adalah: Muhammad, sallalLahu 'alayhi wasallam, dengan mana Allah telah menerangi kebenaran, membawa Islam maju dan memunahkan kesyirikan. Karena itu beliau (Nabi) adalah suatu cahaya (nuurun) bagi mereka yang telah tercerahkan oleh beliau dan oleh penjelasannya akan kebenaran."
- al-Khazin dalam Tafsir-nya (2:28) mengatakan serupa: "Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah bermakna: Muhammad, sallalLahu 'alayhi wasallam. Allah menyebut beliau cahaya tidak dengan alasan apa pun melainkan karena seseorang terbimbing olehnya (Muhammad SallAllahu 'alayhi wasallam) dengan cara yang sama seperti seseorang terbimbing oleh cahaya dalam kegelapan."
- Sayyid Mahmud al-Alusi dalam tafsirnya berjudul Tafsir Ruhul Ma'ani (6:97) secara serupa berkata: "Telah datang padamu suatu cahaya (Nuurun) dari Allah: adalah, suatu cahaya yang amat terang yaitu cahaya dari cahaya-cahaya dan yang terpilih dari semua Nabi, sallalLahu 'alayhi wasallam."
- Isma'il al-Haqqi dalam komentarnya atas Alusi berjudul Tafsir Ruh al-Bayan (2:370) secara serupa juga berkata: "Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah dan suatu Kitab yang menjelaskan segala sesuatu: dikatakan bahwa makna yang awal (yaitu NUUR) adalah Rasulullah, sallalLahu 'alayhi wasallam, dan yang berikutnya (Kitabun Mubin, penerj) adalah Quran….
Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam disebut Cahaya (Nuurun) karena yang pertama yang dibawa keluar dari kegelapan kelalaian dengan cahaya dari kekuatan-Nya, adalah cahaya (Nuur) Muhammad, sallalLahu 'alayhi wasallam, sebagaimana beliau (Nabi Sall-Allahu 'alayhi wasallam) pernah bersabda: 'Hal pertama yang Allah ciptakan adalah cahayaku."
Riwayaat ini berkenaan dengan pertanyaan Jabir ibn 'Abd Allah yang bertanya tentang apa yang diciptakan Allah pertama kali sebelum segala sesuatu lainnya.
Riwayat ini diriwayatkan oleh 'Abd al-Razzaq (wafat 211H) dalam Musannaf-nya, menurut Imam Qastallani dalam al-Mawahib al-Laduniyya (1:55) dan Zarqani dalam Syarah al-Mawahib (1:56 dari edisi Matba'a al-'amira di Kairo). Tidak ada keraguan akan Abd Razzaq sebagai rawi (periwayat Hadits). Bukhari mengambil 120 riwayat darinya, Muslim 400. Riwayat ini dinyatakan pula sahih oleh Abd al-Haqq ad-Dihlawi (wafat 1052), ahli hadits India, juga disebut oleh 'Abd al-Hayy al-Lucknawi (wafat 1304 H) ahli hadits kontemporer India. Demikian pula oleh Al-Alusi dan Bayhaqi dengan matan [redaksi susunan kata hadits, penerj.] yang berbeda, dan juga oleh beberapa ulama lain.
Sebagai suatu catatan khusus adalah suatu fakta bahwa kaum Mu'tazili [kaum yang terlalu mengandalkan ra'yu atau logika akal, penerj.] berkeras bahwa Cahaya dalam ayat 5:15 merefer hanya pada Quran dan tidak pada Nabi. Alusi berkata dalam kelanjutan kutipan di atas: "Abu 'Ali al-Jubba'i berkata bahwa cahaya/nuurun berkaitan dengan Quran karena Quran membuka dan memberikan jalan petunjuk dan keyakinan. al-Zamakhshari (dalam al-Kasysyaf 1:601) juga puas dengan penjelasan ini." Penjelasan yang lebih dalam akan dua pendapat ini dijelaskan oleh Shah 'Abd al-'Aziz al-Multani dalam al-Nabras (hlm. 28-29): "al-Kasysyaf memproklamasikan dirinya sebagai Bapak Mu'tazilaa… Abu 'Ali al-Jubba'i adalah seperti Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab-nya kaum Mu'tazila Basra." Kesamaan antara pendapat Mu'tazila dengan Wahhabi dan "Salafi" modern ditekankan oleh Imam Kawtsari di banyak tempat di kitab Maqalat-nya, di mana beliau menunjukkan bahwa seperti halnya Mu'tazilah, penolakan kaum Wahhabi (dan juga Salafi modern, penerj.) atas karakteristik awliya' adalah kamuflase atas penolakan (karakteristik) yang sama dari diri para Nabi.
Ada suatu penjelasan yg patut dicatat di antara Ahlus Sunnah yang mendeskripsikan makna Nabi baik kepada Cahaya (Nuurun) maupun Kitab, al-Sayyid al-Alusi berkata dalam Ruh al-Ma'aani (6:97): "Saya tidak menganggapnya dibuat-buat bahwa yang dimaksud baik dengan Cahaya (Nuurun) maupun Kitabun Mubin adalah sang Nabi, konjungsi dengan cara yang sama seperti yang dikatakan al-Jubba'i (bahwa baik Cahaya maupun Kitab adalah Quran). Tidak ada keraguan bahwa dapat dikatakan semua merefer ke Nabi. Mungkin Anda akan ragu utk menerima ini dari sudut pandang 'ibara (ekspresi); tapi cobalah dari sudut pandang 'isyarah."
- Al-Qari berkata dalam Syarah al-Shifa' (1:505, Mecca ed), bahwa "Telah pula dikatakan bahwa baik Cahaya maupun Kitab merefer pada Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam, karena beliau adalah suatu cahaya yang cemerlang dan sumber dari segala cahaya, beliau adalah pula suatu kitab/buku yang mengumpulkan dan memperjelas segala rahasia." Ia juga berkata (1:114, Madina ed.): "Dan keberatan apa untuk mempredikatkan kedua kata benda itu pada Nabi, karena beliau secara hakikat adalah Cahaya yang Terang karena kesempurnaan penampilannya (tajallinya) di antara semua cahaya, dan beliau adalah suatu Kitab Nyata karena beliau mengumpulkan keseluruhan rahasia dan membuat jelas seluruh hukum, situasi, dan alternatif."
II. Mengenai ayat kedua (QS. 24:35)
- Imam Suyuti berkata dalam al-Riyad al-Aniqa: Ibn Jubayr dan Ka'b al-Akhbar berkata: "Apa yang dimaksud dengan cahaya (nuurun) kedua (dalam ayat tersebut, penerj.) adalah Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam karena beliau adalah Rasul dan Penjelas dan Penyampai dari Allah apa-apa yang memberi pencerahan dan kejelasan." Ka'b melanjutkan: "Makna dari 'Minyaknya hampir-hampir bercahaya' adalah karena kenabian Nabi akan dapat diketahui orang sekalipun beliau tidak mengatakan bahwa beliau adalah seorang Nabi, sebagaimana minyak itu juga akan mengeluarkan cahaya tanpa tersentuh api."
- Ibn Kathir mengomentari ayat ini dalam Tafsir-nya dengan mengutip suatu laporan via Ibn 'Atiyya dimana Ka'b al-Ahbar menjelaskan firman-firman Allah: "…yakadu zaytuha yudhi-u wa law lam tamsashu nar…", sebagai bermakna: "Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam sudah hampir jelas sebagai seorang Nabi bagi orang-orang, sekalipun beliau tidak mengumumkannya."
- Qadi 'Iyad berkata dalam al-Syifa' (edisi English p. 135): Niftawayh berkata berkaitan dengan kata-kata Allah: "…minyaknya hampir-hampir bercahaya sekalipun api tidak menyentuhnya…" (24:35): "Ini adalah perumpamaan yang Allah berikan berkaitan dengan Nabi-Nya. Ia berkata bahwa makna ayat ini adalah bahwa wajah ini (wajah Rasulullah SAW, pen.) telah hampir menunjukkan kenabiannya bahkan sebelum beliau menerima wahyu Quran, sebagaimana Ibn Rawaha berkata:
Bahkan jika seandainya tidak ada tanda-tanda nyata di antara kami, wajahnya telah bercerita padamu akan berita-berita."
- Di antara mereka yang berkata bahwa makna "matsalu nuurihi" — perumpamaan Cahaya-Nya — adalah Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam adalah: Ibn Jarir at-Tabari dalam Tafsir-nya (18:95), Qadi 'Iyad dalam al-Syifa', al-Baghawi dalam Ma'alim al-Tanzil (5:63) dalam catatan al-Khazin, dari Sa'id ibn Hubayr dan ad-Dahhak, al-Khazin dalam Tafsir-nya (5:63), Suyuti dalam ad-Durr al-Mantsur (5:49), Zarqani dalam Syarah al-Mawahib (3:171), al-Khafaji dalam Nasim ar-Riyad (1:110, 2:449).
- al-Nisaburi dalam Ghara'ib al-Quran (18:93) berkata: "Nabi adalah suatu cahaya (Nuurun) dan suatu lampu yang memancarkan cahaya."
- al-Qari dalam Syarah al-Shifa' berkata: "Makna yang paling jelas adalah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya (Nuur) adalah Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam."
III. Mengenai ayat ketiga (QS. 33: 45-46)
- Qadi al-Baydawi berkata dalam Tafsir-nya: "Itu adalah matahari berdasarkan firman-Nya: "Telah Kami jadikan matahari sebagai suatu lampu"; atau, itu mungkin berarti suatu lampu".
- Ibn Kathir menyatakan dalam Tafsirnya: "Firman-Nya: '…dan suatu lampu yang bersinar', adalah: statusmu (Wahai Nabi, penj) nampak dalam kebenaran yang telah kau bawa sebagaimana matahari nampak saat terbitnya dan bercahaya, yang tak bisa disangkal siapa pun kecuali yang keras-kepala."
- Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat (1:147) berkata: "kata itu (lampu) digunakan untuk segala sesuatu yang mencahayai."
- al-Zarqani dalam Syarah al-Mawahib (3:171) berkata: "Beliau dinamai Lampu karena dari satu lampu muncul banyak lampu, dan cahayanya tidak berkurang."
- `Abd Allah ibn Rawaha al-Ansari cucu dari penyair Imru' al-Qays berkata tentang Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam:
law lam takun fihi ayatun mubina lakana manzaruhu yunabbi'uka bi al-khabari
"Bahkan seandainya, tidak ada ayat (tanda) berkenaan dengan ia (SAW), yang nyata dan jelas sungguh memandangnya saja sudah bercerita padamu akan khabar/berita"
Ibn Hajar meriwayatkannya dalam al-Isaba (2:299) dan berkata: "Ini adalah syair terindah dengan mana Nabi pernah dipuji." Ibn Sayyid al-Nas berkata tentang Ibn Rawaha ini dalam Minah al-Madh (hlm.. 166):
"Ia terbunuh sebagai syahid di perang Mu'ta pada 8 JumadilAwwal sebelum Fathu Makkah (Penaklukan Makkah). Di hari itu ia adalah salah satu dari komandan. Ia adalah salah seorang dari penyair yang berbuat kebaikan dan biasa menangkis segala bahaya yang menyerang Rasulullah. Adalah berkenaan dengan dia dan dua temannya Hassan (ibn Tsabit) dan Ka'b (ibn Zuhayr) yang disinggung dalam ayat "Kecuali mereka yang beriman dan berbuat kebajikan dan bedzikir pada Allah sebanyak-banyaknya." (As-Syu'ara 26:227)."
- Dan sebagai atribut dari Allah adalah Dzu al-Nur
yang berarti Sang Pencipta cahaya, dan Penerang langit dan bumi dengan cahaya-cahaya-Nya, juga sebagai Penerang qalbu orang2 mukmin dengan petunjuk/hidayah. Imam Nawawi berkata Syarah Sahih Muslim, dalam komentarnya atas doa Nabi yang dimulai dengan: "Ya Allah, Engkaulah Cahaya Langit dan bumi dan milik-Mu lah segala puji…" (Kitab Salat al-Musafirin #199):
"Para ulama berkata bahwa makna "Engkau adalah cahaya langit dan bumi" adalah: Engkaulah Dzat Yang menyinari mereka (langit dan bumi) dan Pencipta cahaya mereka. Abu 'Ubayda berkata: "Maknanya adalah bahwa dengan cahaya-Mu penduduk langit dan bumi memperoleh hidayah."
al-Khattabi berkata dalam komentarnya atas nama Allah an-Nur: "Itu berarti Ia yang dengan cahaya-Nya yang buta dapat melihat, dan yang tersesat dapat terbimbing, di mana Allah adalah cahaya langit dan bumi, dan adalah mungkin bahwa makna al-Nur adalah: Dzu al-Nur, dan adalah tidak benar bahwa al-Nur adalah atribut dari Zat Allah, karena itu hanyalah atribut dari aksi (sifatu fi'li), yaitu: Ia adalah Pencipta dari cahaya." Yang lain berkata: "Makna cahaya langit dan bumi adalah: Sang Pengatur matahari dan bulan dan bintang-bintang mereka (langit dan bumi)."
Penutup
"Kebenaran adalah dari Tuhanmu, dan janganlah kau termasuk mereka yang ragu" (kutipan maknawi dari Quran).
 

Jumat, 03 Juli 2015

Al Kahfi ayat 46

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Doa Ramadhan

Asyhadu an laa ilaha illallah astaghfirullah, nas aluka ridhoka wal jannata wana'udzu bika min sakhothika wan naar...

Kamis, 02 Juli 2015

Syair Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk Sayyidah Fatimah Az-Zahra (R.A)


انتي Uhibbuki mitsla maa anti Aku mencintaimu apapun dirimu
احبك كيفما كنتي Uhibbuki kaifa maa Kunti
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu

ومهما كان مهما صار
Wa mahmaa kaana mahmaa shooro
Apapun yang terjadi dan selamanya

انتي حبيبتى انتي
Antii habiibatii anti
Engkaulah cintaku

زوجتي
Zaujatii
Duhai istriku

انتي حبيبتى انتي
Antii habiibatii anti
Engkaulah kekasihku

حلالي انت لا اخشى عزولا همه مقتي
لقد اذن الزمان لنا بوصل غير منبتي
Halaalii anti laa akhsyaa 'azuulan himmuhuu maqti
Laqod adzinaz zamaanu lanaa biwushlin ghoiri
munbatti
Engkau istriku yang halal, aku tidak peduli celaan orang.
Kita satu tujuan untuk selamanya.

سقيت الحب في قلبي بحسن الفعل والسمت
يغيب السعد إن غبت ويصفو العيش إن جئت
Saqoitil hubba fii qolbii bihusnil fi'li wassamti
yaghiibus sa'du in ghibti wa yashful 'aisyu in ji'ti
Engkau sirami cinta dalam hatiku dengan indahnya perangaimu.
Kebahagiaanku lenyap ketika kamu menghilang lenyap ,
Hidupku menjadi terang ketika kamu disana.

نهاري كادح حتى إذا ما عدت للبيت
لقيتك فانجلى عني ضناى اذا ما تبسمت
Nahaarii kaadihun hattaa idzaa maa 'udtu lilbaiti
Laqiituki fanjalaa 'annii dhonaaya idzaa maa tabassamti
Hari2ku berat sampai aku kembali ke rumah menjumpaimu.
Maka lenyaplah keletihan ketika kamu senyum.

تضيق بى الحياة اذا بها يوما تبرمتي
فأسعى جاهدا حتى احقق ما تمنيتي
Tadhiiqu biyal hayaatu idzaa bihaa yauman tabarromti
Fa as'aa jaahidan hattaa uhaqqiqo maa tamannaiti
Jika suatu saat hidupmu menjadi sedih, maka aku akan berusaha keras sampai benar mendapatkan apa yang engkau inginkan.

هنائى انت فلتهنئى بدفء الحب ما عشتي
فروحانا قد ائتلفا كمثل الارض والنبت
Hanaa'ii anti faltahna'ii bidifil hubbi maa 'isyti
Faruuhanaa qodi'talafaa kamitslil ardhi wannabti
Engkau kebahagiaanku. Tanamkanlah kebahagiaan
selamanya.
Jiwa2 kita telah bersatu bagaikan tanah dan tumbuhan

Tabligh 2

Menyampaikan ajaran Rasulullah Muhammad saw

Karunia ALLAH SWT yang Besar di Sekitar Kita

Ketika kita membuka mata sejak dilahirkan dari rahim ibu kita, Rahmat ALLAH SWT menanti di depan untuk digapai... Bahkan sebelumnya sudah dipelihara oleh ALLAH SWT mulai dari alam roh, rahim... Karunia ALLAH SWT meliputi kita dari lahir, hingga wafat... Maka dari itu beribadahlah yang ikhlas, apabila bersyukur, nikmatnya ditambah, sebaliknya azab ALLAH SWT pedih dan ALLAH SWT Maha Kaya lagi Maha Terpuji... Wallahu'alam

Setiap Umat Ada Masanya

”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imran ayat 140)