Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda, “Dahulu
Nabi Daud as telah membagi masa ini menjadi empat bagian: Satu hari
diperuntukkannya mengkaji ilmu bersama kaum Bani Israil, satu hari
dipergunakannya di mihrab, satu hari dipergunakan untuk melaksanakan
pengadilan dan sehari lagi untuk para istri beliau.”
Ketika
beliau sedang mengkaji ilmu bersama kaum Bani Israil, tiba-tiba sebagian
dari mereka berkata, “Tidak sehari pun yang dilalui anak cucu Adam,
kecuali dia melakukan suatu perbuatan dosa.”
Daud as berkata
dalam hati, “Hari dimana aku menyendiri di mihrab, pasti aku terhindar
dari dosa.” Allah pun menyampaikan wahyu kepada beliau, “Hai Daud,
waspadalah sampai kau lihat cobaanmu!”
Dan diceritakan dari Al
Hasan, “Ketika Daud as berada di mihrabnya sedang membuka-buka kitab
Zabur untuk dibaca, tiba-tiba masuklah seekor burung dari sebuah celah
rumah dan hinggap di hadapan beliau. Tubuh burung itu terbuat dari emas
dan sepasang sayapnya dari sutera halus dan bermahkotakan mutiara.
Paruhnya terbuat dari permata zamrud dan sepasang kakinya pun terbuat
dari permata pirus.
Karena burung yang sangat indah itu hinggap
di hadapan Nabi Daud as , beliau pun memperhatikannya dan berkeyakinan
bahwa burung tersebut jenis burung surga, bahkan beliau terpesona akan
keindahannya. Pada masa itu Nabi Daud as mempunyai seorang putera kecil,
maka beliau berkata, “Sebaiknya burung ini aku tangkap saja, lalu
kuperlihatkan kepada puteraku.”
Nabi Daud as berusaha
menangkapnya, akan tetapi burung tersebut terbang menjauh, dan beliau
pun tetap berkeinginan untuk mendapatkannya. Setiap kali tangan beliau
hendak meraihnya, seketika itu pula burung tersebut menghindar.
Begitulah seterusnya, setiap kali beliau mendekat, burung itu menjauh
kembali hingga Nabi Daud as berdiri dari tempatnya dan menutup Kitab
Zabur beliau.
Nabi Daud as mencarinya terus hingga sampailah di
sebuah celah. Dan masuklah Daud as ke dalam lubang tersebut, tiba-tiba
pandangan beliau menangkap sosok wanita yang sedang mandi. Beliau
terpaku menyaksikan keindahan ciptaan Allah tersebut. Sementara sang
wanita itu pun akhirnya mengetahui bahwa sepasang mata mengawasi
dirinya, seketika itu diurainya keindahan rambut panjangnya untuk
menutupi sekujur tubuhnya.
Kembali pada hadis Hasan. Hasan
menambahkan; setelah wanita cantik itu menguraikan rambutnya. Daud as
semakin bertambah kagum (akan kecantikannya). Kemudian beliau kembali ke
tempat semula (mihrab) dengan hati yang dipenuhi gejolak cinta membara
kepada sang wanita itu.
Akhirnya Daud as mengutus seseorang untuk
mencari informasi tentang identitas wanita cantik tersebut. Utusan itu
kembali kepada Nabi Daud as dengan membawa informasi yang didapatkannya.
“Dia bernama Tasyayu, putri Hanana. Suaminya bernama Uriya bin Shura,
kini berada di Balqa’ bersama kemenakan (putra saudara wanita) Nabi
Daud, sedang mengepung sebuah benteng musuh.
Nabi Daud as akhirnya mengirim surat kepada kemenakannya yang berisikan:
“Jika
suratku ini sudah sampai kepadamu, maka perintahkanlah kepada Uriya bin
Shura agar dia membawa tabut dan bergabung dalam barisan (tentara)
terdepan kita!”
Biasanya anggota pasukan yang berada pada barisan
terdepan, tidak kembali sebelum terbunuh atau mendapatkan kemenangan
dari Allah SWT.
Pemimpin tentara itu memanggil Uriya dan kemudian
membacakan surat Nabi Daud as. Uriya pun menjawab, “Aku siap melakukan
semuanya!”
Uriya lantas membawa tabut dan berjalan bersama-sama
pasukan di barisan terdepan, dan akhirnya terbunuh. Setelah Uriya gugur,
putra saudara wanita (kemenakan) Daud as berkirim surat kepada beliau
untuk mengabarkan berita tentang gugurnya Uriya.
Ketika masa iddah istri Uriya telah habis, Daud as mengutus seseorang meminang Tasyayu’. Selanjutnya menikahlah mereka.
Setelah
Nabi Daud as menyunting Tasyayu binti Hanana, ketika sedang berkhalwat
di mihrab, tiba-tiba menangkap suara keras yang diikuti munculnya dua
laki-laki asing. Keduanya lantas menyerbu Nabi Daud as, hingga beliau
pun terkejut karenanya. Kedua laki-laki itu berkata, “Jangan terkejut!
Kami adalah dua orang laki-laki yang sedang terlibat dalam suatu
perkara, dimana salah satu dari kami telah berbuat zalim atas yang lain.
Karena itu, berilah kami keputusan yang adil dan janganlah Anda
menyimpang dari kebenaran dan tunjukan kami ke jalan yang lurus!”
Nabi Daud as berkata, “Coba ceritakan kepadaku akan keberadaan kalian berdua!”
Salah
seorang dari keduanya berkata, “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99
ekor kambing betina, sedangkan aku hanya memiliki seekor. Saudaraku ini
lalu berkata kepadaku, ‘Serahkanlah kambing itu kepadaku!’ Dia pun
selalu mengalahkanku dalam setiap perdebatan, yakni dengan memaksa dan
berbuat aniaya terhadapku. Dia pun secara paksa meminta dan mengambil
kambingku untuk digabungkan dengan kambing-kambingnya. Dalam berbicara
pun dia lebih unggul dibanding aku, jika dipanggil, dialah yang lebih
dahulu datang dan jika keluar, dia lebih banyak pengikutnya.”
Nabi
Daud as lalu berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.”
(QS Shaad: 24)
Perawi hadis ini selanjutnya mengatakan, “Kemudian tertawalah orang yang dituduh melakukan semua itu.”
Nabi
Daud as pun berkata, “Engkau telah berbuat zalim, mengapa justru
tertawa, rupanya kau perlu kapak untuk menghancurkan ini dan inimu?” –
yakni kening dan mulutnya.
Malaikat (yang berubah wujud menjadi
seorang laki-laki) itu lalu berkata, “Saya kira Andalah yang perlu
diperlakukan begitu!” Akhirnya kedua malaikat itu menghilang.
Dalam
riwayat lain perawi berkata, “Kedua malaikat itu lalu mengubah
bentuknya (pada bentuknya yang asli) dan kemudian naik (ke langit)
seraya berkata, “Lelaki ini telah menghakimi dirinya sendiri.”
Nabi
Daud as pun mengerti bahwa yang dimaksud adalah diri beliau sendiri.
Beliau pun merebahkan diri, bersujud selama 40 hari. Selama bersujud
beliau tidak pernah mengangkat kepala, kecuali hanya untuk melakukan
suatu kebutuhan yang semestinya dilakukan. Seusai menunaikan
kebutuhannya, beliau pun sujud kembali.
Dalam keseharian beliau
tidak makan dan minum, beliau terus-menerus menangis sehingga di sekitar
kepala tumbuh rerumputan. Nabi Daud as selalu memanggil nama Tuhannya,
Allah SWT seraya mengucapkan taubat.
Dalam sujudnya selalu
membaca, “Maha Suci Sang Pencipta cahaya yang menghalangi semua hati.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, Engkau telah mengosongkan
antara aku dan musuhku iblis sehingga aku tidak mampu untuk memfitnahnya
ketika Engkau turun bersamaku.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya!
Tuhanku, selamanya aku tidak pernah mengambil hikmah dari apa yang
pernah aku nasihatkan kepada orang lain. Tuhanku, Engkau telah
memerintahkan kepadaku agar aku terhadap anak yatim bagaikan sang ayah
yang penuh kasih sayang dan terhadap sang janda bagaikan suami yang
penuh kasih sayang pula, tapi aku lalu melupakan akan janji Engkau.
Maha
Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, dengan mata yang mana aku harus
melihat Engkau pada hari kiamat nanti? Karena sesungguhnya orang-orang
yang zalim telah memandang dari sisi yang samar-samar.
Maha Suci Sang Pencipta, Tuhanku! Kecelakaanlah bagi Daud akibat dosa besar yang telah menimpanya.
Maha Suci Sang Pencipta, Tuhanku. Kerusakanlah bagi Daud ketika tabir telah dibuka darinya.”
Kemudian kepada beliau dikatakan, “Inilah Daud yang salah itu?”
(Nabi
Daud as meneruskan doanya) , “Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku,
hanya kepada Engkau-lah aku lari dengan membawa segala dosaku dan aku
mengaku atas segala kesalahanku. Oleh karena itu, janganlah Engkau
jadikan aku orang-orang yang berputus asa dan jangan pula Engkau
susahkan aku pada hari Kiamat nanti.”
Nabi Daud as mengulang-ngulang doa tersebut dalam munajat beliau.
Selanjutnya
dikatakan oleh sang perawi, “Lalu datanglah panggilan kepadanya,
‘Laparkah engkau maka engkau akan diberi makan? Hauskah engkau maka
engkau akan diberi minum? Teraniayakah engkau maka engkau akan diberi
pertolongan?’ Akan tetapi, Daud as tidak menanggapinya dalam menyebutkan
kesalahannya.
Dikatakan pula oleh sang perawi, “Nabi Daud as pun
berteriak dengan teriakan yang menggoncangkan apa yang ada di
sekeliling beliau. Beliau memanggil-manggil, ‘Wahai Tuhanku! Ampunilah
dosa yang telah menimpaku!’ Beliau pun dipanggil, ‘Wahai Daud, angkatlah
kepalamu! Sungguh Aku telah mengampuni dosamu’.”
Dari Wahb bin
Munabbih, “Sesungguhnya ketika Nabi Daud as datang ke makam Uriya,
beliau duduk bersimpuh di sisinya seraya menuangkan debu di atas kepala
beliau dan berkata, “Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang
panjanglah bagi Daud. Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi
Daud, kemudian kerusakanlah bagi Daud ketika timbangan amal telah
dipancangkan.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud,
kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud pada hari ketika orang
yang dianiaya telah menuntut balas kepada orang yang menganiaya.
Maha
Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan
yang panjanglah bagi Daud ketika dia dicampakkan di atas mukanya ke
neraka bersama dengan orang-orang yang bersalah.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud.”
Berkatalah
sang perawi, “Lalu sampailah kepada Nabi Daud as sebuah panggilan dari
langit, “Wahai Daud, sungguh Aku telah mengampuni dosamu, Aku telah
mengasihi tangismu dan Aku telah memaafkan kesalahanmu.”
Nabi Daud as berkata, “Bagaimana mungkin Engkau memberikan ampunan kepadaku, sedangkan temanku ini tidak mau mengampuniku.”
Allah
SWT berfirman, “Wahai Daud, Aku telah memberikan pahala kepadanya di
akhirat nanti, dimana (kenikmatan) pahala itu sebelumnya belum pernah
dipandang oleh kedua matanya dan belum pernah didengar oleh kedua
telinganya.
Lalu Ku-katakan, “Puaskah hamba-Ku?”
Ia berkata, “Dari mana aku mendapatkan ini, padahal amalku belum mencapainya?”
Aku
pun berfirman kepadanya, “Ini adalah sebagai pengganti dari hamba-Ku
Daud, lalu Aku memintanya memberikannya kepadamu dan dia memberikannya
kepadamu karena Aku.”
Nabi Daud as pun berkata, “Wahai Tuhanku, sekarang aku tahu bahwa Engkau telah mengampuniku.”
(Ibnu Qudamah Al Maqdisy. Mereka yang kembali, ragam kisah taubatan nashuha. Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar