Akhlaq yang di perintahkan oleh Islam dalam menghormati seseorang yang lebih tua adalah,
- Penghormatan
Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Bukanlah dari kami siapa yang tidak menghormati yang tua, dan
tidak menyanyangi yang muda” .(Hr. Tirmdizi).
Di dalam hadist ini terdapat kalimat
yang besar maknanya dimana orang tua harus di hormati dan disayangi,
karena menghormati orang yang lebih tua adalah hak mereka . Dan
penghormatan yang lebih muda terhadap yang lebih tua adalah akhlak yang
paling di tekankan dalam hal ini.
- Memuliakan
Nabi Shallahu alai wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya termasuk dalam penganggungan terhadap Allah adalah
memuliakan seorang muslim yang telah tua”. (HR. Abu Dawud, di hasankan
oleh Sheikh Al Albani)
Kata “memuliakan” disini maknanya adalah
berbicara dengan baik dan sopan kepadanya, juga memperlembut muamalah
terhadapnya, dan akhlak akhlak baik lainnya yang patut di berikan kepada
yang lebih tua.
- Memulai mengucapkan salam kepadanya
Rasulullah bersabda,
يسلم الصغير على الكبير، و الراكب على الماشي. رواه البخاري
“Yang lebih kecil memberikan salam
kepada yang lebih tua, dan orang yang memakai kendaraan memberikan salam
kepada yang berjalan kaki”. (HR. Bukhari).
Maka jika kamu bertemu seorang yang
lebih tua darimu maka janganlah menunggu mereka memberi salam kepadamu,
justru yang lebih muda harus segera memberikan salam kepadanya dengan
penuh penghormatan, adab yang baik, serta kelembutan.
Juga seorang yang lebih muda harus bisa
melihat kondisi seseorang yang lebih tua darinya, jika orangtua ini
mempunyai pendengaran yang baik maka ucapkanlah salam dengan suara yang
dapat dia dengar tanpa menganggunya, dan jika orangtua tersebut telah
lemah pendengarannya maka seseorang yang lebih muda harus memberikan
salam sesuai dengan kondisi orang tua tersebut.
- Jika engkau berbicara kepadanya maka panggilah dengan panggilan yang lembut.
Panggilah orang yang lebih tua darimu
dengan sebut sebutan yang sopan, seperti Paman, Kakak, Abang atau yang
semisalnya, dalam rangka penghormatan terhadap mereka.
Di riwayatkan dari Abi Umamah bin Sahl,
dia berkata, “ Kami pernah sholat dzuhur bersama Umar bin Abdul Aziz
kemudian kami keluar, kemudian kami masuk lagi kedalam masjid,lalu kami
melihat Anas bin Malik sedang sholat asar, maka aku berkata, “ Wahai Paman,
Shlolat apa yang kau kerjakan?”, dia berkata, “ Sholat Asar, dan ini
adalah sholatnya Rasulullah yang dulu kami sholat bersamanya”. (HR.
Bukhari)
Di riwayatkan dari jalan Abdurahman bin
Auf, dia berkata, “ Aku pernah berdiri di barisan pada saat perang badr,
kemudian aku melihat sebelah ke kanan dan kiriku, aku mendapati ada dua
orang anak kecil dari kaum Ansor, Mereka masih sangat muda, dan aku
berharap bisa lebih kuat dari mereka, lalu satu dari mereka memanggilku, “ Wahai Paman,
apakah engkau tahu yang mana Abu Jahl?”, Aku berkata, “iya, aku tahu
apa yang kau inginkan darinya?”, anak itu berkata, “Aku di kabarkan
bahwa dia menghina Rasulullah, Aku bersumpah dengan Dzat yang jiwa aku
ada ditanganNya, jika aku bertemu dengannya maka aku tidak akan
melepaskannya samapai ada di salah satu dari kami yang mati dahulu”.
(HR. Bukhari)
Dari dua hadist diatas, kita dapatkan
bahwa yang lebih muda memanggil orang yang lebih tua darinya dengan
sebutan yang baik dan sopan.
- Mendahuluinya di segala hal yang baik
Termasuk akhlaq yang baik adalah
mendahulukan orangtua dalam berbicara, memberikan tempat kepadanya di
dalam majelis, mendahulukan memberi makan kepada orangtua, dan ini
termasuk hak hak mereka.
Di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dalam kitabnya, bahwasanya Abdurahman bin Sahl serta Muhiyisoh
dan Huwayisoh pergi menemui Nabi Shallahu Alaihi wa sallam, kemudian
setelah sampai ke pada Nabi, berbicaralah yang paling muda diantara
mereka yaitu Abdurahman bin Sahl, , maka Nabi Muhammad Shallahu Alahi wa
Sallam memotong perkataanya seraya berkata, “yang tua dulu yang
berbicara”, maksudnya adalah Muhiyisoh dan Huwayisoh.
- Merawatnya
Sudah kita ketahui bahwa seseorang yang
telah tua, maka akan lemah badannya, akan lemah penglihatannya serta
pendengarannya dan lain lain. Oleh sebab itu kita harus selalu benar
benar merawat mereka, karena kelak kitapun akan berada di masa yang
mereka rasakan sekarang.
Allah berfirman,
للَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ
ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِير
(الروم:54)
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Ar- Rum 54)
Juga Allah berfirman,
Dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun. (QS. Al Haj:5)
Dari ayat tadi kita dapatkan bahwa
merupakan hak orangtua atas yang lebih muda adalah mengetahui tentang
kesehatannya, kemudian merawatnya. Bahkan sebagian orangtua karena
badannya yang melemah, serta kemampuan otaknya pun menurun akhirnya
menjadikan dia seperti anak yang masih kecil.
Maka jika seseorang tidak mengetahui
tentang masalah kesehatan dan lemahnya seseorang yang telah tua maka dia
akan tidak sabar dalam mengurusnya, akan buruk muamalahnya, dikarena
dia tidak merasakan apa yang dialami seorang yang telah menua. Lain
halnya jika seseorang merasakan atau membayangkan dirinya seperti
orangtua yang lemah, serta mengetahui bahwa merawatnya adalah hak mereka
atas kita, maka diapun akan mengurusnya dengan sebaik baiknya.
Dan juga yang menjadi perhatian,adalah
seorang anak yang awalnya selalu berbuat baik kepada orangtua serta
menjaganya kemudian berubah menjadi buruk muamalahnya, tak sabar menjaga
orangtuanya, bahkan sampai mengirim orangtuanya ke panti jompo, bahkan
mungkin sampai tidak menjenguknya walaupun sekali, walaupun di hari
hari lebaran.
Jika anak ini di tanya apakah dia ingin
diperlakukan seperti itu oleh anaknya pada saat dia tua nanti, tentu
jawabannya tidak, tidak ada manusia yang ridho diperlakukan seperti itu.
Rasulullah bersabda,
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ
النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ ا خْآلِرِوَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ
أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Barang siapa ingin dijauhkan dari api
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah saat kematian
mendatanginya ia dalam keadaan beriman kepada Allahl dan hari akhir,
hendaknya pula dia mempergauli manusia dengan sikap yang dia senang
untuk diperlakukan terhadap dirinya.” (HR. Muslim)
- Mendoakannya
Mendokan orang tua, untuk dipanjangkan
umurnya dalam ketaatan kepada Allah, juga doakan mereka di beri taufiq
dalam beramal sholih, serta senantiasa dalam naungan Allah, juga meminta
kepada Allah agar mereka dipakaikan pakain kesehatan, diberikan husnul
khotimah, dan dijadikan golongan orang yang berada di dalam hadist Nabi ,
“Sebaik baiknya manusia adalah yang panjang umurnya serta baik amalnya” (HR. Ahmad)
Diceritakan bahwa Sulaiman bin Abdul
Malik menemui orang tua yang ada di dalam masjid, kemudian bertanya
kepadanya, “Wahai Fulan, sekarang kau sudah tua, apakah kau ingin mati
saja?, Orang tua itu menjawab, “Tidak”, Kenapa? Tanya Sulaiman. “Telah
pergi masa mudaku dan keburukan di dalamnya, dan datang masa tua dan
kebaikannya, aku jika ingin bangun dari tempat dudukku, aku berkata
Bismillah, jika aku duduk aku katakan Alhamdulillah, maka aku lebih suka
keadaan seperti ini”.
Orang tua ini lebih ingin kehidupannya
berlangsung seperti masa tuanya yang di penuhi dzikir dan syukur, dari
pada masa muda yang banyak akan syahwat dan buang buang waktu.
- Tidak ada yang dapat membalas kebaikannya
Di bab terakhir ini setelah kita
berbicara tentang akhlak kepada yang lebih tua secara umum, maka
sekarang kita masuk ke bab yang lebih khusus, yaitu tentang orang tua
kita sendiri.
Tak ada satupun yang dapat membalas
kebaikannya, Rasulullah pernah bersabda, “tidak akan bisa seorang anak
membalas budi orangtuanya, kecuali jika ia mendapati orangtua menjadi
budak kemudian memerdekannya” .
Juga cerita dari Ibnu Umar bahwasannya
ada seseorang tawaf di sekeliling ka’bah sambil menggendong ibunya, maka
orang itu berkata, “wahai Ibnu Umar, lihatkah engkau apa yang aku
lakukan? Maka apakah aku telah membalas budinya?”.
Ibnu umar menjawab, “ Tidak, walau satu hembusan nafasnya”.
Dan ini adalah beberapa akhlak seorang muslim kepada yang lebih, dan beberapa peringatan akan pentingnya hal ini.
Semoga Allah memberkahi para orangtua kaum muslimin, serta memberikan kepada kita semua taufiq untuk berbuat baik kepada mereka.
Refrensi:
- Buku Huquq Kibar Sin, penulis Sheikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al Abbad.
Diterjemahkan bebas oleh Muhammad Khalid Syar’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar