Minggu, 31 Mei 2015
Bersikap pada Sahabat ra
Para Sahabat ra banyak berjasa terhadap Islam, maka dari itu harus dijadikan teladan sesuai Al Quran & As Sunnah Muhammad saw untuk kepentingan Dienul Islam... Wallahu'alam
Kisah Pengemis Yahudi Buta & Nabi Muhammad
Alkisah, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang
setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,
“Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu
tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan
dipengaruhinya.”
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.
Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”
“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.
“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”
Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.
Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”
“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.
“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”
Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.
Umar bin Khattab, Yahudi Tua dan Sepotong Tulang
Mungkin sudah ada yang pernah mendengar kisah ini, tentang keadilan
khalifah Umar Bin Khattab dengan seorang Yahudi Tua yang mengadukan
masalahnya. Kisah ini diambil dari buku 30 kisah teladan yang ditulis
K.H Abdurrahman Arroisi. Buku ini berusia cukup lama yang dicetak sampai
sembilan kali (tahun 1986-1994) tapi kisah-kisahnya masih sanggup
menggugah keimanan kita :)
Adil bagi Semua Golongan
Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
“Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak membangun masjid di atasnya.”
Yahudi itu menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”
“Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?” tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.
“Tetap tidak akan saya jual” jawab si Yahudi.
“Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!” desak Gubernur.
Yahudi itu mempertegas jawabannya, “Tidak.”
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.
“Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?” tanya Khalifah Umar. Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan, “Tuan. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash.”
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras?
“Maaf, Tuan Khalifah.” ucapnya tidak puas, “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya?”
Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”
Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk. Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
“Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa penasaran saya.”
“Perkara yang mana?” tanya gubernur tidak mengerti.
“Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.”
“Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.
“Tulang itu berisi ancaman Khalifah: Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu.”
Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.
Adil bagi Semua Golongan
Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
“Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak membangun masjid di atasnya.”
Yahudi itu menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”
“Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?” tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.
“Tetap tidak akan saya jual” jawab si Yahudi.
“Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!” desak Gubernur.
Yahudi itu mempertegas jawabannya, “Tidak.”
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.
“Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?” tanya Khalifah Umar. Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan, “Tuan. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash.”
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras?
“Maaf, Tuan Khalifah.” ucapnya tidak puas, “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya?”
Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”
Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk. Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
“Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa penasaran saya.”
“Perkara yang mana?” tanya gubernur tidak mengerti.
“Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.”
“Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.
“Tulang itu berisi ancaman Khalifah: Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu.”
Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.
Perenungan
Setan mengajak kepada hawa nafsu; pertentangan dan permusuhan yang mengajak kepada kejahatan, yakni hal yang merugikan buat diri sendiri dan orang lain. Bersabar dalam memikirkan kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan Dienul Islam... Wallahu'alam
Sabtu, 30 Mei 2015
Zalim
Tidaklah ALLAH SWT menzalimi manusia, melainkan manusia saja yang menzalimi dirinya sendiri... Wallahu'alam
Kemahabijaksanaan ALLAH SWT
Kemahabijaksanaan ALLAH SWT melampaui akal pikiran manusia... Wallahu'alam
Merusak
Jangan mau diperbudak hawa nafsu karena mereka hanya akan merusak tubuh dan iman... Wallahu'alam
Hal yang Bodoh
Menganggap remeh kezaliman adalah hal yang bodoh, karena kezaliman akan berakibat fatal untuk diri sendiri, maupun orang lain... Wallahu'alam
Jumat, 29 Mei 2015
Merasa Suci
Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [An Najm 32]
Cobaan (3)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna
lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk". [al Baqarah/2:155-157]
Ar Rohman
Subhana rabbika rabbil 'izzati 'amma yasifun wasalamun alal mursalina walhamdulillahi rabbil 'alamina
Sebaik-baik Hamba ALLAH SWT
Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), (QS. Shaad : 30)
Khusnudzon kepada ALLAH SWT
Kalau tidak berkhusnudzon kepada ALLAH SWT, kepada siapa lagi/ Karena setan hanya akan menyesatkan sebab mereka hanya musuh yang nyata bagi manusia, dan seburuk-buruknya teman (pengkhianat)... Sementara ALLAH SWT-lah yang memberikan manusia rezeki... Wallahu'alam
Fitnah Hidup
Fitnah hidup akan memperberat cobaan dan membuat ibadah menjadi terhambat; khusnudzon kepada Ar Rohman... Wallahu'alam
Memperbaiki Diri Sendiri
Menghapus kesalahan dengan berbuat baik, untuk menghilangkan akibat buruk dari perbuatan jahat... Wallahu'alam
ALLAH SWT Bersama Orang yang Sabar
Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh : 153).
[1] Sabar Dalam Ketaatan Kepada Allah; yakni sabar dalam menjalani perintah dan larangan dari ALLAH SWT melalui ajaran Rasulullah Muhammad saw dalam Al Quran dan As Sunnah...
[2] Sabar Dalam Menjauhi Kemaksiatan
[3] Sabar Dalam Menghadapi Takdir Allah; Sesungguhnya ALLAH SWT Maha Baik yang tidak akan menzalimi diriNya sendiri dan tidak akan menzalimi makhlukNya...
[1] Sabar Dalam Ketaatan Kepada Allah; yakni sabar dalam menjalani perintah dan larangan dari ALLAH SWT melalui ajaran Rasulullah Muhammad saw dalam Al Quran dan As Sunnah...
[2] Sabar Dalam Menjauhi Kemaksiatan
[3] Sabar Dalam Menghadapi Takdir Allah; Sesungguhnya ALLAH SWT Maha Baik yang tidak akan menzalimi diriNya sendiri dan tidak akan menzalimi makhlukNya...
Melihat Diri
Jangan melihat diri sebagai keturunan siapa, melainakn lihat diri sebagai hamba ALLAH SWT yang sedang mencari keridhoanNya... Wallahu'alam
Sahabat: Imam Ali ra
Ahli Ilmu, pahlawan Islam dan orang sholeh dari kalangan sahabat RA... Wallahu'alam
Kamis, 28 Mei 2015
Cobaan 2 (dua)
Menghapus dosa dan meningkatkan derajat di sisi Ar Rohman - Hadist Rasulullah Muhammad saw
Mukjizat
Mukjizat, merupakan salah satu bukti bahwa ALLAH SWT menguasai segala sesuatu, dan merupakan tanda-tanda kebesaran ALLAH SWT bagi kaum yang berpikir. Dan salah satu tanda bahwa manusia harus selalu bersyukur kepada ALLAH SWT dalam hidupnya karena dianugrahi kehidupan, karena merupakan Rahmat dari ALLAH SWT. Misal manusia berbuat baik kepada orang lain; perbuatan baik ini sejatinya rahmat dari ALLAH SWT, karena bisa saja jika ALLAH SWT berkendak, maka perbuatan baik itu tidak terlaksana, atau ada cara lain yang menyebabkan hal itu, atau bisa saja ALLAH SWT menganugrahkannya langsung kepada orang yang bersangkutan... Wallahu'alam
Kebaikan Kecil yang Membawa ke Jannah
Pada masa sekarang ini, sungguh telah banyak orang melalaikan
perbuatan-perbuatan baik, terutama perbuatan yang dianggap sepele.
Padahal, setiap perbuatan manusia selalu diawasi oleh Allah dan dicatat
oleh malaikat dalam kitabnya yang akan ditampakkan di hari kiamat kelak.
Allah berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, dia akan melihat balasannya” (QS-Al-Zalzalah: 7-8).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu merendahkan perbuatan baik yang sedikit atau engkau mengosongkan tempat airmu untuk diisi ke tempat orang yang mencari air, atau engkau bertemu saudaramu dengan wajah ceria” (HR Muslim).
Kita tidak akan pernah tahu kapan rahmat Allah turun dan kita tidak akan tahu ibadah mana yang telah Allah terima. Mungkin saja, amal yang selama ini kita yakini sebagai amal yang dapat membantu kita di hari kiamat malah tidak diterima Allah karena riya, sum’ah, dan sebab lainnya. Bukan tidak mungkin ada seorang muslim yang justru masuk Jannah karena senyuman, menyingkirkan duri dari jalan, atau kebaikan-kebaikan kecil lainnya.
Berikut ini saya akan memaparkan dua kisah yang menggambarkan betapa kebaikan-kebaikan kecil yang dilandasi niat yang benar serta keikhlasan telah mengantarkan seseorang ke dalam Jannah Rabbul ‘Alamin.
Pertama, dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan “Pada suatu saat ada seekor anjing berkeliling di sekitar sumur dalam keadaan hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba ada seorang wanita pelacur dari kalangan Bani Israil yang melihatnya. Kemudian wanita tersebut melepas sepatunya lalu mengambil air untuk anjing tersebut dengan sepatu itu, lalu memberinya minum. Ia pun diampuni karena hal tersebut”.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain disebutkan “Ketika seorang laki-laki berjalan di jalan, ia merasa sangat kehausan. Lalu ia mendapat sebuah sumur dan turun ke dalam sumur itu dan minum darinya. Ia pun keluar dari sumur. Ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Orang itu berkata ”Anjing ini telah merasakan kehausan seperti yang pernah aku rasakan”. Lalu ia turun ke dalam sumur tesebut dan memenuhi sepatunya dengan air kemudian memegangnya dengan mulutnya hingga ia dapat naik ke atas dan memberi minum anjing tersebut, maka Allah berterima kasih padanya dan mengampuni dosanya.
Para sahabat bertanya ”Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala.”
Setelah membaca kisah ini, sunguh membenarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”Jannah itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya” (HR Bukhari).
Ini adalah suatu amalan yang ringan, namun Allah berterima kasih pada orang yang melakukannya. Mengampuni dosanya dan memasukkannya ke dalam Jannah. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menceritakan kisah ini pada para sahabat -mereka adalah orang paling lurus aqidahnya, paling benar manhajnya, paling semangat dalam mendapatkan ilmu- bukan hanya untuk mengetahuinya tapi dengan tujuan agar mereka mengetahui lalu melaksanakannya. Mereka bertanya ”Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala”. Karena anjing merupakan hewan ternak, bagaimana orang yang memberi minum padanya mendapatkan pahala yang besar ini? Mereka merasa heran terhadap hal ini. Mereka pun bertanya pada Nabi lalu beliau mengatakan pada setiap hati yang basah terdapat pahala. Hati yang basah membutuhkan air. Karena jika tidak ada air, maka ia akan kering dan hewan tersebut akan mati.
Dalam riwayat lain disebutkan, kemungkinan merupakan kisah yang lain, bahwa seorang wanita pelacur Bani Israil melihat seekor anjing berkeliling sumur dalam keadaaan haus. Tapi ia tidak mampu untuk sampai ke air karena ada di dalam sumur. Wanita itu melepas sepatu yang ia pakai dan mengambilkan air buat anjing tersebut. Allah pun mengampuni dosanya. Setiap hewan ternak yang engkau perlakukan dengan baik dengan memberikan minum, makan, perlindungan, dari panas atau dingin, baik milik engkau atau orang lain, maka akan mendapatkan pahala dari Allah. Demikianlah. Padahal yang diberi minum adalah hewan. Maka, bagaimanakah dengan manusia? Jika engkau bersikap baik pada manusia, maka tentu Insya Allah lebih banyak lagi pahalanya.
Kisah Kedua, dari Abu Hurairah ra meriwayatkan sabda Nabi, ”Aku telah melihat seorang laki-laki yang berguling-guling di Jannah di atas sebuah pohon yang ia tebang dari tengah jalan yang telah mengganggu kaum Muslimin (HR Muslim).
Dalam sebuah kisah yang lain disebutkan ”Seorang laki-laki melewati dahan sebuah pohon di tengah jalan. Ia pun berkata ”Demi Allah, akan aku jauhkan dahan pohon ini dari kaum muslimin, sehingga tidak mengganggu mereka dan aku pun masuk dalam Jannah.”
Dalam riwayat Bukhari Muslim ”Ketika seseorang berjalan di jalan. Lalu ia mendapatkan dahan yang berduri di atas jalan. Kemudian ia menyingkirkannya sehingga Allah berterima kasih padanya dan memasukkannya ke dalam surga.”
Sungguh, dalam hadits tersebut terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan menghilangkan gangguan dari jalan. Bahwa hal itu merupakan faktor penyebab masuknya ke dalam Jannah. Dalam hadits ini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa orang yang menyingkirkan gangguan dari kaum muslimin maka baginya pahala yang besar dengan perkara yang dapat dirasakan. Lalu, bagaimana halnya dengan perkara yang tidak nampak?
Sebagian orang-na’udzubillah- yang merupakan para pelaku kejahatan memiliki pemikiran buruk yang menghalangi manusia dari agama Allah. Menyingkirkan gangguan mereka yang memiliki pemikiran jahat, buruk dan kufur adalah dengan membantahnya sehingga pemikiran mereka sirna.
Oleh karena itu, selayaknya kita dapat menyingkirkan gangguan dari jalan. Baik itu ”jalan fisik” yaitu jalan yang dilalui oleh kaki maupun ”jalan maknawi” yaitu jalamnnya hati. Pelaksanaan pembersihan gangguan itu dari jalan ini dan semua jalan adalah diantara hal-hal yang akan mendekatkan diri pada Allah dan menghilangkan gangguan dari hati, serta beramal shalih adalah lebih besar pahalanya dan lebih mendesak daripada menghilangkan gangguan dari jalan yang dilalui oleh kaki.
Karenanya, marilah kita semangat memperbanyak amal dengan niat yang baik agar dapat menyimpan modal di sisi Allah pada hari kiamat. Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena suatu niat. Sebaliknya berapa banyak amalan yang besar jadi kecil karena kelalaian. Wallahua’lam.
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, dia akan melihat balasannya” (QS-Al-Zalzalah: 7-8).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu merendahkan perbuatan baik yang sedikit atau engkau mengosongkan tempat airmu untuk diisi ke tempat orang yang mencari air, atau engkau bertemu saudaramu dengan wajah ceria” (HR Muslim).
Kita tidak akan pernah tahu kapan rahmat Allah turun dan kita tidak akan tahu ibadah mana yang telah Allah terima. Mungkin saja, amal yang selama ini kita yakini sebagai amal yang dapat membantu kita di hari kiamat malah tidak diterima Allah karena riya, sum’ah, dan sebab lainnya. Bukan tidak mungkin ada seorang muslim yang justru masuk Jannah karena senyuman, menyingkirkan duri dari jalan, atau kebaikan-kebaikan kecil lainnya.
Berikut ini saya akan memaparkan dua kisah yang menggambarkan betapa kebaikan-kebaikan kecil yang dilandasi niat yang benar serta keikhlasan telah mengantarkan seseorang ke dalam Jannah Rabbul ‘Alamin.
Pertama, dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan “Pada suatu saat ada seekor anjing berkeliling di sekitar sumur dalam keadaan hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba ada seorang wanita pelacur dari kalangan Bani Israil yang melihatnya. Kemudian wanita tersebut melepas sepatunya lalu mengambil air untuk anjing tersebut dengan sepatu itu, lalu memberinya minum. Ia pun diampuni karena hal tersebut”.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain disebutkan “Ketika seorang laki-laki berjalan di jalan, ia merasa sangat kehausan. Lalu ia mendapat sebuah sumur dan turun ke dalam sumur itu dan minum darinya. Ia pun keluar dari sumur. Ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Orang itu berkata ”Anjing ini telah merasakan kehausan seperti yang pernah aku rasakan”. Lalu ia turun ke dalam sumur tesebut dan memenuhi sepatunya dengan air kemudian memegangnya dengan mulutnya hingga ia dapat naik ke atas dan memberi minum anjing tersebut, maka Allah berterima kasih padanya dan mengampuni dosanya.
Para sahabat bertanya ”Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala.”
Setelah membaca kisah ini, sunguh membenarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”Jannah itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya” (HR Bukhari).
Ini adalah suatu amalan yang ringan, namun Allah berterima kasih pada orang yang melakukannya. Mengampuni dosanya dan memasukkannya ke dalam Jannah. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menceritakan kisah ini pada para sahabat -mereka adalah orang paling lurus aqidahnya, paling benar manhajnya, paling semangat dalam mendapatkan ilmu- bukan hanya untuk mengetahuinya tapi dengan tujuan agar mereka mengetahui lalu melaksanakannya. Mereka bertanya ”Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala”. Karena anjing merupakan hewan ternak, bagaimana orang yang memberi minum padanya mendapatkan pahala yang besar ini? Mereka merasa heran terhadap hal ini. Mereka pun bertanya pada Nabi lalu beliau mengatakan pada setiap hati yang basah terdapat pahala. Hati yang basah membutuhkan air. Karena jika tidak ada air, maka ia akan kering dan hewan tersebut akan mati.
Dalam riwayat lain disebutkan, kemungkinan merupakan kisah yang lain, bahwa seorang wanita pelacur Bani Israil melihat seekor anjing berkeliling sumur dalam keadaaan haus. Tapi ia tidak mampu untuk sampai ke air karena ada di dalam sumur. Wanita itu melepas sepatu yang ia pakai dan mengambilkan air buat anjing tersebut. Allah pun mengampuni dosanya. Setiap hewan ternak yang engkau perlakukan dengan baik dengan memberikan minum, makan, perlindungan, dari panas atau dingin, baik milik engkau atau orang lain, maka akan mendapatkan pahala dari Allah. Demikianlah. Padahal yang diberi minum adalah hewan. Maka, bagaimanakah dengan manusia? Jika engkau bersikap baik pada manusia, maka tentu Insya Allah lebih banyak lagi pahalanya.
Kisah Kedua, dari Abu Hurairah ra meriwayatkan sabda Nabi, ”Aku telah melihat seorang laki-laki yang berguling-guling di Jannah di atas sebuah pohon yang ia tebang dari tengah jalan yang telah mengganggu kaum Muslimin (HR Muslim).
Dalam sebuah kisah yang lain disebutkan ”Seorang laki-laki melewati dahan sebuah pohon di tengah jalan. Ia pun berkata ”Demi Allah, akan aku jauhkan dahan pohon ini dari kaum muslimin, sehingga tidak mengganggu mereka dan aku pun masuk dalam Jannah.”
Dalam riwayat Bukhari Muslim ”Ketika seseorang berjalan di jalan. Lalu ia mendapatkan dahan yang berduri di atas jalan. Kemudian ia menyingkirkannya sehingga Allah berterima kasih padanya dan memasukkannya ke dalam surga.”
Sungguh, dalam hadits tersebut terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan menghilangkan gangguan dari jalan. Bahwa hal itu merupakan faktor penyebab masuknya ke dalam Jannah. Dalam hadits ini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa orang yang menyingkirkan gangguan dari kaum muslimin maka baginya pahala yang besar dengan perkara yang dapat dirasakan. Lalu, bagaimana halnya dengan perkara yang tidak nampak?
Sebagian orang-na’udzubillah- yang merupakan para pelaku kejahatan memiliki pemikiran buruk yang menghalangi manusia dari agama Allah. Menyingkirkan gangguan mereka yang memiliki pemikiran jahat, buruk dan kufur adalah dengan membantahnya sehingga pemikiran mereka sirna.
Oleh karena itu, selayaknya kita dapat menyingkirkan gangguan dari jalan. Baik itu ”jalan fisik” yaitu jalan yang dilalui oleh kaki maupun ”jalan maknawi” yaitu jalamnnya hati. Pelaksanaan pembersihan gangguan itu dari jalan ini dan semua jalan adalah diantara hal-hal yang akan mendekatkan diri pada Allah dan menghilangkan gangguan dari hati, serta beramal shalih adalah lebih besar pahalanya dan lebih mendesak daripada menghilangkan gangguan dari jalan yang dilalui oleh kaki.
Karenanya, marilah kita semangat memperbanyak amal dengan niat yang baik agar dapat menyimpan modal di sisi Allah pada hari kiamat. Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena suatu niat. Sebaliknya berapa banyak amalan yang besar jadi kecil karena kelalaian. Wallahua’lam.
Tolong Menolong dalam Kebaikan
"Wa ta'awanu 'alal birri wat taqwa, wa la ta'awaunu alal itsmi wal 'udwan."
( Saling menolonglah kalian dalam hal kebaikan & janganlah saling menolong dalam dosa & permusuhan )
( Saling menolonglah kalian dalam hal kebaikan & janganlah saling menolong dalam dosa & permusuhan )
Doa Mohon Taufiq Dan Hidayah Allah
"Allahumma as-aluka tawfiqa ahlil huda, wa a’mala ahlil yaqini, wa
munashahata ahlit taubati, wa’azama ahlish shabri, wa jidda ahlil
raghbati, wa ta’abbuda ahlil wara’i, wa irfana ahlil ‘ilmi hatta
akhafaka.”
Arti:
"Ya Allah aku memohon kepada Engkau taufik yang di berikan kepada orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan amalan-amalan orang yang memperoleh keyakinan. Keikhlasan hati orang-orang yang sabar dan kesungguhan orang-orang yang takut dan susah mencari yang dilakukan oleh orang-orang yang gemar kepada Engkau. Dan ibadah orang-orang yang berilmu hingga aku takut kepada Engkau.”
Arti:
"Ya Allah aku memohon kepada Engkau taufik yang di berikan kepada orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan amalan-amalan orang yang memperoleh keyakinan. Keikhlasan hati orang-orang yang sabar dan kesungguhan orang-orang yang takut dan susah mencari yang dilakukan oleh orang-orang yang gemar kepada Engkau. Dan ibadah orang-orang yang berilmu hingga aku takut kepada Engkau.”
Rabu, 27 Mei 2015
Mencari Keridhoan ALLAH SWT
ALLAHUMMA RIDHO'ANNA WARZUQNA HAYATAN THOYYIBAH... Hadist Rasulullah Muhammad saw...
Bilal bin Rabah ra
Beliau ra adalah seorang muazzin pertama dan seorang syuhada yang patut dijadikan teladan karena kesolehannya... Wallahu'alam
Memperjuangkan Islam
Banyak orang sekarang yang mengidentikkan Islam dengan terorisme, begitu juga para pejuangnya... Padahal itu adalah hal yang keliru, karena Islam adalah jalan keselamatan yang suci dan mulia yang memperjuangkan keadilan dan kebaikan bukan hanya untuk manusia, melainkan untuk sekalian alam (karena Rasulullah Muhammad saw diutus sebagai Rahmat buat seluruh alam)... Hal ini mematahkan pendapat bahwa organisasi seperti Gerakan Aceh Merdeka, ataupun yang memperjuangkan syariat Islam sebagai musuh, padahal mereka memperjuangkan Dienul Islam dan keadilan... Wallahu'alam
Penyayang
Menjadi seorang yang penyayang dan penyabar, mengikuti akhlak Kekasih ALLAH SWT, Rasulullah Muhammad saw... Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad... Wallahu'alam
PENTINGNYA AKHLAK YANG MULIA
Bismillahirrahmaanirrahiim
Rasulullah Shalallohu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah Subhanahu Wata'ala yang bersaudara."
(HR. Muslim)
Akhlaq buruk
1. Jangan buruk sangka
2. Jangan saling memata-matai
3. Jangan saling mencari aib
4. Jangan saling bersaing
5 jangan saling mendengki
6 jangan saling membenci
7. Jangan saling bermusuhan
Kunci solusi jadilah hamba yang bersaudara, persaudaraan karena Allah. yang benar-benar tulus dari lubuk hati yang terdalam. tanpa dibuat buat dengan apa adanya dan bukan
dengan ada apanya (Pamrih sesuatu)
Imam Ghazali radiAllahu anhu juga mengatakan:
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa atau BATHIN masing masing yang mana kemudian akan menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila terkeluar perbuatan yang tidak baik yaitu amal buruk yang merugikan dan menyakitkan sesamanya maka, kemudian dinamakanyan akhlak yang buruk.
Saudara dan saudariku yang dimuliakan Allah SWT,
Agama Islam meletakkan aspek akhlak di kedudukan tertinggi sekaligus membuktikan Islam merupakan agama yang mementingkan keperibadian ummah yang luhur dan akhlaq mulia.Bahkan Rasulullah diutuskan oleh Allah untuk pembinaan dan penyempurnaan akhlak sekalian umat Islam.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
"Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR.Muslim)
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bermaksud :
Dan bahawa sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia. (Al-Qalam:4)
Sahabatku sekalian sesama hamba Allah
Sebab teramat penting dan tingginya nilai Akhlaq yang mulia itu maka Rasulullah menerangkan kelebihan-kelebihan berakhlaq mulia antara lain :
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Tiada suatu amalan seorang hamba yang paling berat timbangannya pada hari kiamat melebihi akhlak yang baik.” (Hadis riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)
Sahabatku,hadits ini mengingatkan kita semua bahwa Akhlaq dapat mengatasi segalanya sebab itu umat Islam mesti dan wajib menjalani kehidupan di dunia dengan akhlak yang mulia kerana akhlak mulia seseorang mukmin membuktikan bahwa dia sudah memperkasakan jati diri serta keimanannya yang mantap didalam hatinya maka terlahirlah tingkah lakunya yang baik dan sekaligus membuktikan kesempurnaan keislamannya.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis riwayat As-Suyuthi)
Oleh itu saudara dan saudariku sekalian,
Di samping kita memenuhi segala perintah Allah dengan mengerjakan amal ibadah wajib dan sunat, soal akhlak tidak boleh dipandang remeh kerana kepincangan yang berlaku dalam masyarakat pada hari ini semua berkait dengan keruntuhan akhlak yang semakin merisaukan.apakah arti semua ibadah-ibadah yang kita lakukan itu jika tidak melahirkan akhlaq mulia,dan akhlaq mulia jualah yang membolehkan seseorang itu yang menyebabkan dia dicintai oleh Allah.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah didatangi perwakilan,
lalu mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah hamba Allah yang dicintai-Nya? Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab:
Orang yang baik akhlaknya.” (Hadis riwayat Al-Haitsami)
Seterusnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Yang paling dikasih oleh Allah di antara kamu adalah mereka yang baik akhlak, yang merendahkan sayapnya (merendah diri), yang suka dengan orang dan yang disukai orang. Manakala yang dimurkai oleh Allah adalah mereka yang pergi membawa fitnah, yang mencerai beraikan di antara saudara dan mencaci orang yang tidak bersalah akan kesalahannya"
(Hadith riwayat At-Tabharani dan Abu Hurairah r.a.)
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bertanya."Ya Rasulullah, siapakah di antara yang mu'min yang paling utama imannya?"Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab:"Mereka yang paling baik akhlaqnya. (HR. Ibnu Majah)
Begitu tinggi nilai Akhlaq,segala amalan ibadah yang ikhlas kepada Allah lalu disertakan budi pekerti terpuji (akhlaq mulia) maka seseorang itu dijamin oleh Rasulullah mendapat ganjaran pahala yang teramat besar dan tempat yang paling mulia disisi Allah pada hari akhirat kelak.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Saya menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatnya di syurga bagi orang yang berbudi pekerti.” (Hadis riwayat Al-Haitsami)
Sebab itu sahabatku semua marilah kita membiasakan diri dengan amalan-amalan yang berupa usaha memperbaiki akhlak dengan budi pekerti luhur,sebab walaupun semua manusia didunia ini menyuruh kita beakhlaq yang baik,niscaya kita takkan jadi baik jika kita sendiri tidak mau berobah diri kita kearah kebaikan
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bermaksud :
"Sesungguhya Allah tidak mengubah keadaan hambanya hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"{Q.S Ar Ra'du:11}
Begitu juga sewaktu Rasulullah ditanya oleh sahabat dan meminta kepada Rasulullah untuk diperbaiki akhlaqnya dan berkata: “Dan berikanlah hidayah padaku agar baik akhlaqku.Rasulullah menjawab "Tidak ada yang mampu memberi hidayah untuk memperbaikinya kecuali Engkau.” (Hadis riwayat Muslim)
Saudara dan saudariku yang dimulia,
Untuk memperbaiki akhlak diri,kaedah terbaik ialah dengan sentiasa bermuhasabah diri atau merenungkan perjalanan hidup melalui tingkah laku, pertuturan atau budi ditabur kepada ahli keluarga,sahabat dan masyarakat. Jika apa dilaksanakan menepati piawaian,dengan izin Allah kita tampil sebagai seorang yang hebat.
Janganlah kita menganggap bahwa hanya dengan menjaga sholat dan amalan ibadah lainnya saja, kita dikira hebat di sisi Allah tanpa diikuti Akhlaq yang baik,kerana akhlak diri akan menjadi kayu pengukur untuk menjadikan diri kita sebagai mukmin sejati dan dikasihi Allah serta penyebab utama kita terselamat.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Penyebab utama masuknya manusia ke syurga adalah bertakwa kepada Allah dan kebaikan akhlaknya.” (Hadis riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sahabatku semua mari kita perhatikan susunan tertib orang orang yang dibenarkan masuk ke syurga Allah iaitu pertama, orang yang bertakwa dan memiliki budi pekerti baik.Bahkan Rasulullah juga menjelaskan bahwa ganjaran akhlak baik sangat tinggi sehingga dapat mengatasi dengan amalan orang orang yang rajin berpuasa dan sholat malam,serta ibadah ibadah lainnya.
Kita mengambil satu contoh kalau ada diantara kita patuh melaksakan berbagai ibadah terutama Shalat,tapi masih berakhlaq buruk yakni perkara-perkara mungkar dan KEJI masih dilakukan juga berarti perlu dipertanyakan orang itu belum beres dan betul Shalat, dan segala Amalannya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta;ala yang bermaksud:
Dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar (Al-'Ankabuut 29:45)
Begitulah tingginya kedudukan insan berakhlak mulia dan sewajarnya ibu bapa dalam mendidik anak perlu menekankan pembinaan akhlak mulia yang akan melahirkan modal insan memiliki jati diri serta berketrampilan.
Akhlak yang baik juga membolehkan seorang hamba mendapat tempat hampir dengan Rasulullah di akhirat kelak.Ini dijelaskan dalam Sabdanya
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(Hadis riwayat at-Tirmidzi)
Sahabatku sekalian jangan di pandang remeh urusan pendidikan akhlak kepada anak anak sejak kecil lagi kerana ketika itu mereka lebih mudah dibentuk berbanding setelah dewasa dan terdedah pengaruh sekeliling yang menjurus tingkah laku negatif.
Saudara dan saudariku yang sudah diberi amanah
Anak adalah amanah dari Allah,dan juga merupakan harta yang teramat berharga
Justeru itu didiklah anak-anak dan adik-adik kalian dengan akhlak sempurna dan menepati kehendak agama dan yang seharusnya ibu bapa utamakan buat anak-anak mereka.dan jika anak-anak itu baik maka kita juga akan menunai hasilnya baik ketika kita masih hidup maupun setelah kita meninggal dunia kelak.
Kita harus mempercayai bahwa kekuatan iman dan takwa tidak tertakluk kepada amal ibadah spiritual semata-mata kerana akhlak dan budi pekerti mulia turut meningkatkan kekuatan keimanan dan ketaqwaan seorang individu mukmin sejati.
Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu."
Sahabatku sekalian yang dikasihi
Sebagai penutup dari artikel yang kurang tersusun ini yang menjelaskan serba sedikit tentang penting akhlaq dalam kehidupan ummat manusia yang dapat memuliakan dirinya didunia dan mulia disisi Allah diakhirat, mari kita semua merenung dan berusaha mengamalkan beberapa hadist Raulullah di bawah ini
Bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:“
Tiada suatu amalan seorang hamba yang paling berat timbangannya pada hari kiamat melebihi akhlak yang baik.” (Hadis riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Dua perangai yang tidak terkumpul kecuali pada orang mu’min Yaitu murah hati dan baik pekerti (Akhlaq) HR.Addailaami.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Dua perangai yang tidak terkumpul pada diri orang Mu’min Yaitu kikir dan perangai (akhlaq) yang buruk (HR.Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik Akhlaqnya (HR.Ahmad)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang panjang umurnya dan paling baik Amalnya (HR.Al-Haakim)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(Hadis riwayat at-Tirmidzi)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun bersabda:
Sungguh, kalian tidak akan mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain dengan hartamu, maka berilah kebahagiaan dengan wajah sejuk (penuh senyum) dan akhlaq baik."(HR. Al-Bazzar dan Hakim)
Dari Abu Dzar ra. ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,"Janganlah sekah-kali kamu meremehkan kebaikan, meskipun hanya berupa keceriaan wajah tatkala bertemu dengan saudaramu." (HR. Muslim)
Orang yang Paling Baik Akhlaqnya adalah orang yang paling Bermanfa'at buat sesamanya! bukan yang memanfa'atkan atau memperalat sesamanya demi Kepentingan diri sendiri
Wallahu 'Alamu
Wassalam
Rasulullah Shalallohu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah Subhanahu Wata'ala yang bersaudara."
(HR. Muslim)
Akhlaq buruk
1. Jangan buruk sangka
2. Jangan saling memata-matai
3. Jangan saling mencari aib
4. Jangan saling bersaing
5 jangan saling mendengki
6 jangan saling membenci
7. Jangan saling bermusuhan
Kunci solusi jadilah hamba yang bersaudara, persaudaraan karena Allah. yang benar-benar tulus dari lubuk hati yang terdalam. tanpa dibuat buat dengan apa adanya dan bukan
dengan ada apanya (Pamrih sesuatu)
Imam Ghazali radiAllahu anhu juga mengatakan:
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa atau BATHIN masing masing yang mana kemudian akan menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila terkeluar perbuatan yang tidak baik yaitu amal buruk yang merugikan dan menyakitkan sesamanya maka, kemudian dinamakanyan akhlak yang buruk.
Saudara dan saudariku yang dimuliakan Allah SWT,
Agama Islam meletakkan aspek akhlak di kedudukan tertinggi sekaligus membuktikan Islam merupakan agama yang mementingkan keperibadian ummah yang luhur dan akhlaq mulia.Bahkan Rasulullah diutuskan oleh Allah untuk pembinaan dan penyempurnaan akhlak sekalian umat Islam.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
"Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR.Muslim)
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bermaksud :
Dan bahawa sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia. (Al-Qalam:4)
Sahabatku sekalian sesama hamba Allah
Sebab teramat penting dan tingginya nilai Akhlaq yang mulia itu maka Rasulullah menerangkan kelebihan-kelebihan berakhlaq mulia antara lain :
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Tiada suatu amalan seorang hamba yang paling berat timbangannya pada hari kiamat melebihi akhlak yang baik.” (Hadis riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)
Sahabatku,hadits ini mengingatkan kita semua bahwa Akhlaq dapat mengatasi segalanya sebab itu umat Islam mesti dan wajib menjalani kehidupan di dunia dengan akhlak yang mulia kerana akhlak mulia seseorang mukmin membuktikan bahwa dia sudah memperkasakan jati diri serta keimanannya yang mantap didalam hatinya maka terlahirlah tingkah lakunya yang baik dan sekaligus membuktikan kesempurnaan keislamannya.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis riwayat As-Suyuthi)
Oleh itu saudara dan saudariku sekalian,
Di samping kita memenuhi segala perintah Allah dengan mengerjakan amal ibadah wajib dan sunat, soal akhlak tidak boleh dipandang remeh kerana kepincangan yang berlaku dalam masyarakat pada hari ini semua berkait dengan keruntuhan akhlak yang semakin merisaukan.apakah arti semua ibadah-ibadah yang kita lakukan itu jika tidak melahirkan akhlaq mulia,dan akhlaq mulia jualah yang membolehkan seseorang itu yang menyebabkan dia dicintai oleh Allah.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah didatangi perwakilan,
lalu mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah hamba Allah yang dicintai-Nya? Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab:
Orang yang baik akhlaknya.” (Hadis riwayat Al-Haitsami)
Seterusnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Yang paling dikasih oleh Allah di antara kamu adalah mereka yang baik akhlak, yang merendahkan sayapnya (merendah diri), yang suka dengan orang dan yang disukai orang. Manakala yang dimurkai oleh Allah adalah mereka yang pergi membawa fitnah, yang mencerai beraikan di antara saudara dan mencaci orang yang tidak bersalah akan kesalahannya"
(Hadith riwayat At-Tabharani dan Abu Hurairah r.a.)
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bertanya."Ya Rasulullah, siapakah di antara yang mu'min yang paling utama imannya?"Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab:"Mereka yang paling baik akhlaqnya. (HR. Ibnu Majah)
Begitu tinggi nilai Akhlaq,segala amalan ibadah yang ikhlas kepada Allah lalu disertakan budi pekerti terpuji (akhlaq mulia) maka seseorang itu dijamin oleh Rasulullah mendapat ganjaran pahala yang teramat besar dan tempat yang paling mulia disisi Allah pada hari akhirat kelak.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Saya menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatnya di syurga bagi orang yang berbudi pekerti.” (Hadis riwayat Al-Haitsami)
Sebab itu sahabatku semua marilah kita membiasakan diri dengan amalan-amalan yang berupa usaha memperbaiki akhlak dengan budi pekerti luhur,sebab walaupun semua manusia didunia ini menyuruh kita beakhlaq yang baik,niscaya kita takkan jadi baik jika kita sendiri tidak mau berobah diri kita kearah kebaikan
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bermaksud :
"Sesungguhya Allah tidak mengubah keadaan hambanya hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"{Q.S Ar Ra'du:11}
Begitu juga sewaktu Rasulullah ditanya oleh sahabat dan meminta kepada Rasulullah untuk diperbaiki akhlaqnya dan berkata: “Dan berikanlah hidayah padaku agar baik akhlaqku.Rasulullah menjawab "Tidak ada yang mampu memberi hidayah untuk memperbaikinya kecuali Engkau.” (Hadis riwayat Muslim)
Saudara dan saudariku yang dimulia,
Untuk memperbaiki akhlak diri,kaedah terbaik ialah dengan sentiasa bermuhasabah diri atau merenungkan perjalanan hidup melalui tingkah laku, pertuturan atau budi ditabur kepada ahli keluarga,sahabat dan masyarakat. Jika apa dilaksanakan menepati piawaian,dengan izin Allah kita tampil sebagai seorang yang hebat.
Janganlah kita menganggap bahwa hanya dengan menjaga sholat dan amalan ibadah lainnya saja, kita dikira hebat di sisi Allah tanpa diikuti Akhlaq yang baik,kerana akhlak diri akan menjadi kayu pengukur untuk menjadikan diri kita sebagai mukmin sejati dan dikasihi Allah serta penyebab utama kita terselamat.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Penyebab utama masuknya manusia ke syurga adalah bertakwa kepada Allah dan kebaikan akhlaknya.” (Hadis riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sahabatku semua mari kita perhatikan susunan tertib orang orang yang dibenarkan masuk ke syurga Allah iaitu pertama, orang yang bertakwa dan memiliki budi pekerti baik.Bahkan Rasulullah juga menjelaskan bahwa ganjaran akhlak baik sangat tinggi sehingga dapat mengatasi dengan amalan orang orang yang rajin berpuasa dan sholat malam,serta ibadah ibadah lainnya.
Kita mengambil satu contoh kalau ada diantara kita patuh melaksakan berbagai ibadah terutama Shalat,tapi masih berakhlaq buruk yakni perkara-perkara mungkar dan KEJI masih dilakukan juga berarti perlu dipertanyakan orang itu belum beres dan betul Shalat, dan segala Amalannya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta;ala yang bermaksud:
Dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar (Al-'Ankabuut 29:45)
Begitulah tingginya kedudukan insan berakhlak mulia dan sewajarnya ibu bapa dalam mendidik anak perlu menekankan pembinaan akhlak mulia yang akan melahirkan modal insan memiliki jati diri serta berketrampilan.
Akhlak yang baik juga membolehkan seorang hamba mendapat tempat hampir dengan Rasulullah di akhirat kelak.Ini dijelaskan dalam Sabdanya
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(Hadis riwayat at-Tirmidzi)
Sahabatku sekalian jangan di pandang remeh urusan pendidikan akhlak kepada anak anak sejak kecil lagi kerana ketika itu mereka lebih mudah dibentuk berbanding setelah dewasa dan terdedah pengaruh sekeliling yang menjurus tingkah laku negatif.
Saudara dan saudariku yang sudah diberi amanah
Anak adalah amanah dari Allah,dan juga merupakan harta yang teramat berharga
Justeru itu didiklah anak-anak dan adik-adik kalian dengan akhlak sempurna dan menepati kehendak agama dan yang seharusnya ibu bapa utamakan buat anak-anak mereka.dan jika anak-anak itu baik maka kita juga akan menunai hasilnya baik ketika kita masih hidup maupun setelah kita meninggal dunia kelak.
Kita harus mempercayai bahwa kekuatan iman dan takwa tidak tertakluk kepada amal ibadah spiritual semata-mata kerana akhlak dan budi pekerti mulia turut meningkatkan kekuatan keimanan dan ketaqwaan seorang individu mukmin sejati.
Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu."
Sahabatku sekalian yang dikasihi
Sebagai penutup dari artikel yang kurang tersusun ini yang menjelaskan serba sedikit tentang penting akhlaq dalam kehidupan ummat manusia yang dapat memuliakan dirinya didunia dan mulia disisi Allah diakhirat, mari kita semua merenung dan berusaha mengamalkan beberapa hadist Raulullah di bawah ini
Bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:“
Tiada suatu amalan seorang hamba yang paling berat timbangannya pada hari kiamat melebihi akhlak yang baik.” (Hadis riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Dua perangai yang tidak terkumpul kecuali pada orang mu’min Yaitu murah hati dan baik pekerti (Akhlaq) HR.Addailaami.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Dua perangai yang tidak terkumpul pada diri orang Mu’min Yaitu kikir dan perangai (akhlaq) yang buruk (HR.Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik Akhlaqnya (HR.Ahmad)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang panjang umurnya dan paling baik Amalnya (HR.Al-Haakim)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud :
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(Hadis riwayat at-Tirmidzi)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun bersabda:
Sungguh, kalian tidak akan mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain dengan hartamu, maka berilah kebahagiaan dengan wajah sejuk (penuh senyum) dan akhlaq baik."(HR. Al-Bazzar dan Hakim)
Dari Abu Dzar ra. ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,"Janganlah sekah-kali kamu meremehkan kebaikan, meskipun hanya berupa keceriaan wajah tatkala bertemu dengan saudaramu." (HR. Muslim)
Orang yang Paling Baik Akhlaqnya adalah orang yang paling Bermanfa'at buat sesamanya! bukan yang memanfa'atkan atau memperalat sesamanya demi Kepentingan diri sendiri
Wallahu 'Alamu
Wassalam
Al Quran
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur'an dan yang mengajarkannya." Hadist Rasulullah Muhammad saw...
Rahmat
Rahmat ALLAH SWT mendahului murkaNya - Hadist Rasulullah Muhammad saw... Maka dari itu jangan suka berkata kasar, maupun berlaku kasar kepada makhluk ALLAH SWT (kecuali yang diperbolehkan)... Jangan suka melaknat, doakan kebaikan untuk orang lain dan diri sendiri... Wallahu'alam
Yazid bin Muawiyah ra
Yazid bin Muawiyah ra adalah Panglima Perang Angkatan Laut pertama Islam yang memungkinkan syiar Islam ke Eropa, Afrika, bahkan Asia... ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA ALA 'ALI MUHAMMAD... Wallahu'alam
Sombong
Tidak akan masuk Jannah, seorang yang terdapat kesombongan di hatinya meski sebesar biji dzarrah (sawi)... Hadis Rasulullah Muhammad saw
Sahabat Nabi
Sahabat Rasulullah Muhammad saw radiallahuma memiliki keutamaan masing-masing dan kekurangan masing-masing (karena tidak ada manusia yang ma'shum, selain nabi dan rasul)... Sebagai seorang muslim kita mencontohkan masing-masing kebajikan yang dilakukan mereka, sesuai Al Quran dan As Sunnah Rasulullah Muhammad saw... Wallahu'alam
Berbuat Adil
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (TQS al-Nahl [16]: 90).
Umat Terbaik yang Dilahirkan Untuk Manusia
"Kalian
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf (yang mendekatkan diri kepada ALLAH SWT, seperti berbuat kebajikan--sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw) dan melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah, dan kalau
sekiranya ahlul kitab beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka,
diantara mereka ada orang2 yang beriman dan kebanyakan mereka adalah
orang2 fasik) Surat Ali Imran ayat 110.
Tahajud
Berdoa: meluruskan niat untuk tetap beribadah kepada ALLAH AZZA WA JALLA dengan khusyuk, tawadhu, dan tawakal (berserah diri kepada Ar Rohman)... Wallahu'alam
Selasa, 26 Mei 2015
Kejahatan
Orang jahat terhina, karena memperturuti atau diperbudak hawa nafsu yang dihembuskan. Kejahatan sejatinya adalah buruk untuk manusia, karena bersifat merusak. Karena kejahatan buruk dan merusak, maka ia kemudian menjadi akan menghinakan bagi manusia. Misal orang jahat melihat kecoak sebagai makhluk yang lucu, padahal sejatinya ia makhluk yang menjijikkan karena hidup di tempat yang jorok dan secara fisik mereka kotor, karena memakan makanan yang jorok. Itu terjadi, karena pendengaran dan hati mereka sudah tertutup karena setan dan ALLAH SWT menambahkan kesesatan di dalam hati mereka hatinya karena kezaliman di dalam dirinya. Kalbu mereka sudah mati, karena mengikuti hawa nafsu belaka, sehingga mereka lebih buruk dari binatang (kecuali hawa nafsu yang dirahmati ALLAH SWT)... wallahu'alam
Bertobat
Tidak ada manusia yang suci (kecuali yang ALLAH SWT ridhoi, seperti para Ambiya dan Rasul)... Sebaik-baiknya manusia yang berdosa yakni mereka yang bertobat, semisal Abu Dzar ra, Yazid ra, Muawiyah ra, Abu Sofyan ra dll... WALLAHU'ALAM
Muhasabah
Blog ini dari orang yang bertaubat yang berisi tadabbur Al Qur'an, As Sunnah, dan hikmah dari sahabat Radiallahuma... Dan mempelajari tanda-tanda kekuasaan ALLAH SWT (Ulul Albab)... Wallahu'alam
ALLAH MAHA BAIK
Tidak ada sesuatu yang sia-sia, dalam arti lain semua bermanfaat dan diciptakan memiliki tujuan... Bermanfaat berarti bertujuan baik untuk semua, dengan kata lain secara kodrat manusia menginginkan kebaikan untuk diri sendiri dan untuk sesamanya... Dan apabila manusia melakukan kejahatan, maka naluri mereka akan memberontak alias ada perasaan bersalah... Kebaikan untuk diri manusia sendiri, kejahatan untuk diri sendiri... Wallahu'alam
Rahmat ALLAH SWT yang Tidak Bertepi
Rahmat dari ALLAH SWT mendahului murkaNya
Walaupun di zaman ini kejahatan merebak, dan seakan-akan setan turut andil dalam kehidupan manusia (padahal musuh), sejatinya itu hanya cobaan belaka, karena setan tidak mampu menciptakan apa-apa bahkan mereka diciptakan, dan mereka hanya ingin manusia tersesat... Segala sesuatu adalah ciptaan ALLAH SWT, Yang Maha Baik, Maha Pencipta, Maha Penerima Taubat... Walaupun dosa manusia sebanyak buih di laut, dan sebanyak pasir di pantai, namun pintu tobat selalu terbuka, agar manusia kembali kepada ALLAH SWT yang menciptakan manusia... Seakan orang tua yang menanti anaknya yang kembali dari perantauan (Maha Suci ALLAH SWT dari mempunyai anak)/ ALLAH SWT Maha Penyayang kepada manusia... Wallahu'alam
Walaupun di zaman ini kejahatan merebak, dan seakan-akan setan turut andil dalam kehidupan manusia (padahal musuh), sejatinya itu hanya cobaan belaka, karena setan tidak mampu menciptakan apa-apa bahkan mereka diciptakan, dan mereka hanya ingin manusia tersesat... Segala sesuatu adalah ciptaan ALLAH SWT, Yang Maha Baik, Maha Pencipta, Maha Penerima Taubat... Walaupun dosa manusia sebanyak buih di laut, dan sebanyak pasir di pantai, namun pintu tobat selalu terbuka, agar manusia kembali kepada ALLAH SWT yang menciptakan manusia... Seakan orang tua yang menanti anaknya yang kembali dari perantauan (Maha Suci ALLAH SWT dari mempunyai anak)/ ALLAH SWT Maha Penyayang kepada manusia... Wallahu'alam
Senin, 25 Mei 2015
Harta di Zaman Ini
Harta di zaman ini banyak yang tidak halalan thoyiban, melainkan banyak diantaranya yang tsabit (buruk), bahkan haram... Apalagi sumber harta itu banyak juga yang haram, seperti dengan jalan yang syirik maupun kejahatan... Sebagai muslim kaffah, sudah sepatutnya kita mengambil sikap yang jelas dalam hal ini sesuai Al Qur'an dan As Sunnah... Saya sendiri berpendapat bahwa zaman ini adalah zaman fitnah ketika kita harus berhadapan dengan harta yang kurang halal... Kita harus berniat merampas harta itu, dengan jalan terpaksa, dan memperbaikinya dengan jalan amar ma'ruf nahi mungkar... Misalkan kita memakan duit hasil pesugihan orang lain di tempat kerja kita (dalam kasus ini meskipun jalan kerjanya halal, misal sebagai pegawai, namun sumbernya haram; pesugihan, sejatinya dalam kasus ini harta itu adalah harta tsabit dan cenderung haram, begitu juga jual beli yang berasal dari harta haram, sejatinya itu tidak boleh dalam Islam; namun dibolehkan karena fitnah zaman, juga sistem riba uang kertas yang marak saat ini itu sejatinya tidak boleh sama sekali--kecuali terpaksa)... Oleh karena itu sebagai muslim kaffah kita harus berusaha memperbaiki hal itu dengan jalan: 1. mengingkari dengan hati 2. dengan lisan 3. dengan perbuatan (dengan hati kita harus bertobat minimal sehari sekali karena memakan uang itu, dengan lisan kita harus berdakwah (seperti ini) dengan perbuatan kita harus memperbaiki perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, semisal mendukung dakwah tauhid; ruqyah syari'yah & mempergunakannya untuk kepentingan Dienul Islam, memperkenalkan sistem ekonomi Islam, dan yang paling radikal adalah memperjuangkan Khilafah Islamiyah yang dalam arti lain adalah mati sebagai syuhada sebagai muslim yang menegakkan syiar Islam!)... ALLAHU AKBAR!!! Wallahu'alam
Minggu, 24 Mei 2015
Sedekah
Dari Abu
Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seorang wanita pezina telah diampuni
dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang
menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena
kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu
mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi
minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni
dosanya.” Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita dengan berbuat
baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab, “Berbuat baik kepada setiap
yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq ‘alaih)... Wallahu'alam
Para Penghuni Jannah dan Neraka
“Aku diperlihatkan di Jannah. Aku melihat
kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku
melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari, 3241 dan
Muslim, 2737)... Wallahu'alam
Hukum Onani
1. Para ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Zaidiyah berpendapat bahwa onani
adalah haram. Argumentasi mereka akan pengharaman onani ini adalah bahwa
Allah swt telah memerintahkan untuk menjaga kemaluan dalam segala
kondisi kecuali terhadap istri dan budak perempuannya. Apabila seseorang
tidak melakukannya terhadap kedua orang itu kemudian melakukan onani
maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang melampaui batas-batas
dari apa yang telah dihalalkan Allah bagi mereka dan beralih kepada
apa-apa yang diharamkan-Nya atas mereka. Firman Allah swt: Artinya : “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik
itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al
Mukminun : 5 – 7)
2. Diantara yang membolehkannya adalah Ibnu Abbas, al Hasan dan sebagian ulama tabi’in yang masyhur. Al Hasan mengatakan bahwa dahulu mereka melakukannya saat dalam peperangan. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang terdahulu memerintahkan para pemudanya untuk melakukan onani untuk menjaga kesuciannya. Begitu pula hukum onani seorang wanita sama dengan hukum onani seorang laki-laki. (Fiqhus Sunnah juz III hal 424 – 426)
Wallahu'alam
2. Diantara yang membolehkannya adalah Ibnu Abbas, al Hasan dan sebagian ulama tabi’in yang masyhur. Al Hasan mengatakan bahwa dahulu mereka melakukannya saat dalam peperangan. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang terdahulu memerintahkan para pemudanya untuk melakukan onani untuk menjaga kesuciannya. Begitu pula hukum onani seorang wanita sama dengan hukum onani seorang laki-laki. (Fiqhus Sunnah juz III hal 424 – 426)
Wallahu'alam
Jihad
Jihad adalah berjuang sungguh-sungguh dalam menegakkan Dienul Islam... Jihad tidak berarti perang secara fisik, namun perang secara fisik sudah berarti jihad... Saat ini, jihad identik dengan terorisme adalah suatu hal yang konyol... Karena saat ini, terorisme sudah merebak dimana-mana, secara hukum, sosial, dan politik... Jihad adalah suatu hal yang suci, yang memperjuangkan syariat Dienul Islam, Syariat Dienul yang diridhoi ALLAH SWT, yakni Rabb (Pemelihara langit dan bumi) yang Maha Penyayang kepada manusia, yang juga berarti berjihad berarti untuk kepentingan manusia juga yang merupakan ciptaan ALLAH SWT yang paling baik. Karena kebaikan untuk diri manusia sendiri, dan keburukan untuk manusia sendiri pula... Wallahu'alam
Sabtu, 23 Mei 2015
Ukhuwah Islamiyah
Imam Hussein ra dan Muawiyah ra, juga Yazid ra adalah bersaudara, dan mereka adalah para pejuang Dienul Islam... Wallahu'alam
The Best
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah.” (QS [3]: 110).
Kebijaksanaan Al Qur'an
Kebijaksanaan Al Qur'an adalah kebijaksanaan Ilahiah yang merupakan Rahmat dari Rabbul 'alamin... Kebijaksanaan Al Qur'an adalah kebijaksanaan tingkat tinggi, yang menyimpan banyak makna yang hanya diketahui oleh segelintir manusia, melalui Rasulullah Muhammad saw... WALLAHU'ALAM
Jumat, 22 Mei 2015
Menjadi Umat Rasulullah Muhammad SAW
Menjadi Hamba ALLAH SWT, Maha Raja Langit dan Bumi, dan umat Kekasih ALLAH SWT, RASULULLAH MUHAMMAD SAW... Insya ALLAH SWT
Tipu Daya Iblis
Setan hanya mengajak manusia mengkhayal tentang perbuatan buruk terlihat menjadi indah, seperti maksiat dsb... Wallahu'alam
Kamis, 21 Mei 2015
ALLAH Maha Kaya dan Maha Terpuji
ALLAH SWT tidak butuh dibela, sebab Dia SWT-lah yang Maha Menciptakan dan Maha Memberikan Rezeki... Malah seharusnya kita memujiNya dan pujian yang sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya, sebab kebaikan untuk diri kita, keburukan untuk diri kita sendiri... Wallahu'alam
Umar ibn Al-Khattab RadiAllahuanhu
"There can be no Islam in the person who does not perform salah."
Mengenal ALLAH SWT
Allah SWT berkata dalam Hadis qudsi = Awwaludin ma’rifatullah
Maka, hafalkanlah Asmaul Husnah... ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD...
Maka, hafalkanlah Asmaul Husnah... ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD...
Ulul Albab
ALLAH SWT Maha Baik, dan Maha Penyayang terhadap manusia... Apabila kita bisa melihat secara lebih mendalam, maka kita akan menyaksikan rancangan yang indah, dan teratur dari ALLAH SWT... Wallahu'alam
Berkhusnudzon kepada ALLAH SWT
Sebelumnya manusia tidak ada... Manusia ada di dunia karena Rahmat dari ALLAH SWT. Udara, perasaan senang, suka, makan, minum juga berasal dari ALLAH SWT... Oleh karena itu apa yang menimpa kita harus kita hadapi dengan kesabaran... Di dunia ini hanya 1 (satu) Rahmat, di akherat ada 99 Rahmat yang tersimpan... Wallahu'alam
Maha Penyayang
Kebaikan untuk diri sendiri, keburukan untuk diri sendiri... Sesungguhnya ALLAH SWT adalah Maha Penyayang kepada manusia... ALLAH SWT tidak akan menzalimi makhlukNya, melainkan makhlukNya yang menzalimi dirinya sendiri... Wallahu'alam
Bebas
“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256)
Setia
Setia pada Al Quran dan As Sunnah Rasulullah Muhammad saw, mengikuti itrah Rasulullah Muhammad saw... Wallahu'alam
Wanita Solihah
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah." -HR Muslim-
Memperlakukan Wanita secara Baik
Rasulullah Saw. Juga bersabda, “Aku ingatkan kepada kalian tentang hak dua orang yang lemah, yaitu anak yatim dan perempuan.” (HR Imam Ahmad, Ibn Majah, dan Al-Hakim)
Nikah Mut'ah Haram
Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ia
bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda:
"Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian
melakukan mut'ah dengan wanita. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah mengharamkannya hingga hari Kiamat. Barangsiapa yang mempunyai
sesuatu pada mereka , maka biarkanlah! Jangan ambil sedikitpun dari apa
yang telah diberikan”.
Menjadi Manusia yang Bertakwa
Bertakwa artinya takut, tunduk kepada ALLAH SWT, yang Maha Menciptakan. Menjalani perintahNya dan menjauhi laranganNya... Mengikuti kekasihNya, Rasulullah Muhammad SAW... Wallahu'alam
Cobaan
Manusia diuji oleh ALLAH SWT dengan apa yang disenanginya... Kembalilah pada ALLAH SWT yang memberikan kesenangan, maka ia akan mendapatkan kesenangan yang berlipat di akhirat kelak... Mohonlah ampunan dan Rahmat dari ALLAH SWT... Wallahu'alam
Siapakah ALLAH SWT?
ALLAH SWT adalah pencipta Manusia, Malaikat, dan Jin. Pencipta sekaligus pemelihara alam semesta. Dn Muhammad adalah Rasul terakhir... ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD... Wallahu'alam
Merendahkan Diri di Hadapan Al Maalik
Manusia diciptakan ALLAH SWT dari setetes air mani yang hina, kemudian ALLAH SWT memberikan rezeki, berupa kesenangan, buah-buahan dsb. Dalam menjalani kehidupan datanglah cobaan secara perlahan masuk ke dalam kehidupan manusia, yang sejatinya menguji keimanan manusia, berupa kesedihan, kekurangan buah-buahan dsb (yang sejatinya kesedihan itu sedikit dibanding kesenangan yang menanti di depan/ akhirat). Dengan kata lain kesenangan itu di satu sisi adalah Rahmat dan di sisi lain adalah cobaan, apabila kita melupakan ALLAH SWT, maka kesenangan itu menjerumuskan kita (ingatlah ALLAH SWT yang memberikan kesenangan). Sampai sejauh manakah keimanan manusia kepada Rabb yang menciptakannya itu? Apakah manusia akan ingkar, atau manusia memilih tetap beriman kepada ALLAH SWT yang Maha Baik yang selama ini memberikan kita rezeki selama ini, dan apabila menghadapi cobaan dengan tabah akan dihapuskan dosanya dan ditingkatkan derajatnya di sisi Ar Rohman (Maha Pengasih)? Kalau ingkar kita berpihak kepada setan (sedangkan setan adalah musuh yang nyata bagi manusia dengan kata lain kita menzalimi diri sendiri)... Wallahu'alam
Dikekang atau Mengekang Hawa Nafsu
Dikekang oleh hawa nafsu adalah suatu kebodohan, karena hawa nafsu hanya akan merusak dan mengantarkan kita ke jurang kebinasaan dan hanya bersifat kebinatangan, kecuali hawa nafsu yang dirahmati ALLAH SWT... Wallahu'alam
Obat Hati
Imam Nawawi dalam At Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an.
Ibrahim Al Khowash berkata, obat hati itu ada lima:
1- Membaca Al Qur’an dan tadabbur (merenungkannya)
2- Rajin mengosongkan perut (dengan gemar berpuasa)
3- Mendirikan shalat malam (shalat tahajud)
4- Merendahkan diri di hadapan Allah (dengan do’a dan dzikir) di akhir malam (waktu sahur)
5- Bermajelis (bergaul) dengan orang-orang sholeh. (At Tibyan karya Imam Nawawi, hal. 87).
Ibrahim Al Khowash berkata, obat hati itu ada lima:
1- Membaca Al Qur’an dan tadabbur (merenungkannya)
2- Rajin mengosongkan perut (dengan gemar berpuasa)
3- Mendirikan shalat malam (shalat tahajud)
4- Merendahkan diri di hadapan Allah (dengan do’a dan dzikir) di akhir malam (waktu sahur)
5- Bermajelis (bergaul) dengan orang-orang sholeh. (At Tibyan karya Imam Nawawi, hal. 87).
Mensyukuri Nikmat Iman Islam
Berdakwah: Menyampaikan ajaran Rasulullah Muhammad saw (dakwah Tauhid), mengajak orang kepada kebaikan, mengajak orang kepada Dienul Islam... Wallahu'alam
Bergaul dengan Orang Soleh
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak
wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum
darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang
tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Selasa, 19 Mei 2015
Cobaan dalam Kehidupan
ALLAH SWT Maha Pengasih tidak mungkin menzalimi makhlukNya. Tidak ada sesuatu yang sia-sia yang Ar Rohman ciptakan, karena ALLAH SWT Maha Teliti terhadap ciptaanNya. Berbaik sangka kepada ALLAH SWT.
Hidup ini adalah cobaan untuk menguji mana yang terbaik perbuatannya. Apabila baik, balasannya Jannah, apabila jahat balasannya Neraka. Dan sejatinya kebaikan untuk manusia sendiri dan keburukan untuk manusia sendiri. Beribadah secara ikhlas kepada Ar Rohman dan sabar menghadapi cobaan. Memohon pertolongan dengan sabar dan solat... Wallahu'alam
Hidup ini adalah cobaan untuk menguji mana yang terbaik perbuatannya. Apabila baik, balasannya Jannah, apabila jahat balasannya Neraka. Dan sejatinya kebaikan untuk manusia sendiri dan keburukan untuk manusia sendiri. Beribadah secara ikhlas kepada Ar Rohman dan sabar menghadapi cobaan. Memohon pertolongan dengan sabar dan solat... Wallahu'alam
3 (tiga) Ayat Terakhir
Menghafal 3 (tiga) ayat terakhir Al Hasyr dan baca pada pagi dan sore hari, niscaya apabila ia mati di siang atau malamnya, niscaya ia mendapatkan syahid... Insya ALLAH SWT (Hadist Muhammad Rasulullah SAW)
Berlindung Kepada ALLAH SWT dari Fitnah Dajjal
Akal Manusia Terbatas
Tiada sesuatu pun yang diciptakan oleh Allah di bumi ini lebih kecil
daripada akal dan sesungguhnya akal di bumi ini merupakan hal yang lebih
kecil daripada fosfor merah (al ahmar)
(Hadist Rasulullah Muhammad SAW, Riwayat Ibnu Asakir)
Jannah
Sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terpikirkan oleh akal pikiran -Hadist Rasulullah Muhammad SAW.
Bersyukur
Menjadi manusia yang bersyukur atas iman Islam, dan kehidupan yang ALLAH SWT berikan... ALHAMDULILLAHIROBBIL'ALAMIN... Wallahu'alam
Senin, 18 Mei 2015
Berserah Dirilah!
Tidak ada yang membenci agama Ibrahim kecuali orang yang memperbodoh
dirinya sendiri. Kami telah memilihnya di dunia. Dan di akherat ia
termasuk orang yang soleh. Ketika Tuhan berfirman kepadanya, “Berserah
dirilah!” Ibrahim menjawab, “Aku telah berserah diri kepada Tuhan
semesta Alam.” (QS. Al Baqarah, 2: 130-131)
Memperbanyak zikir dan istighfar, memohon Rahmat dan Maghfiroh kepada ALLAH SWT di kala tahajud untuk tetap beribadah kepada kepada ALLAH SWT... (muslim kaffah)... Wallahu'alam
Memperbanyak zikir dan istighfar, memohon Rahmat dan Maghfiroh kepada ALLAH SWT di kala tahajud untuk tetap beribadah kepada kepada ALLAH SWT... (muslim kaffah)... Wallahu'alam
Sabar Menghadapi Cobaan
ALLAH SWT menganugrahkan kehidupan kepada manusia yang di dalamnya terdapat kesenangan dan kesedihan... Keduanya merupakan cobaan bagi keimanan manusia kepada Ar Rahman yang harus dihadapi dengan sabar... Di tengah cobaan, Rahmat ALLAH SWT selalu ada pada manusia, seperti kehidupan dan kesenangan yang datang dari berbagai arah... Cobaan akan meningkatkan derajat manusia dan menghapus dosa dan kesalahan manusia, juga yang terutama adalah keridhoanNya dan balasannya adalah JannahNya...Wallahu'alam
Seayat
“(yang artinya:) Sampaikanlah DARIKU (yakni dari Råsulullåh shållallåhu 'alayhi wa sallam) walau hanya satu ayat” [HR Al-Bukhari 3/1275 no 3274]
Mencintai ALLAH SWT, mengikuti Rasulullah Muhammad SAW
[3:31] Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku (Rasulullah Muhammad SAW), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pemaaf
Membuat Ar Rohman Ridho dengan menjadi pribadi yang pemaaf, karena ALLAH SWT menyukai orang-orang yang bertaubat. Kejahatan dibalas dengan kejahatan, kebaikan dibalas dengan kebaikan...
Minggu, 17 Mei 2015
AL QURAN
AL QURAN adalah kebenaran sejati dari ALLAH SWT Yang Maha Mengetahui Rahasia Langit dan Bumi...
Tauhid
Bertauhid adalah jalan orang yang benar dan baik... Para Nabi dan Rasul adalah orang cerdas yang kecerdasannya melebihi orang jenius masa kini... Sedangkan segala sesuatu adalah milik ALLAH SWT...
Rahmat ALLAH SWT yang Besar kepada Manusia
ALLAH Maha Baik dan Maha Penyayang kepada manusia
Bahwa ALLAH SWT-lah yang menciptakan segala sesuatu adalah Yang Maha Baik (At Thoyib). ALLAH SWT adalah Maha Raja yang menciptakan jin dan manusia. Zaman ini adalah zaman ketika Rahmat ALLAH SWT (rezeki melalui ciptaanNya) yang sejatinya dekat dengan kehidupan manusia dikecohkan oleh tipu daya Syaithon (yang sejatinya mereka adalah musuh yang nyata bagi manusia dan hanya menyesatkan belaka). Syaithon hanya menjerumuskan manusia ke lubang penderitaan.
Karena sesungguhnya kehidupan ini adalah cobaan, dan manusia diuji siapakah yang paling baik amalnya. Materi yang berlimpah yang ada di depan mata yang menjanjikan kesenangan, sejatinya hanya sebagian kecil dari Rahmat ALLAH SWT yang Maha Luas yang tersimpan di akhirat kelak. Yakni 99 Rahmat ALLAH SWT, atau seceduk di tengah samudera Rahmat Ilahi yang dalam. Mengapakah kita memilih bujukan Syaithon, padahal ALLAH SWT adalah yang Maha Baik dan Maha Penyayang kepada manusia? Kita sendiri yang memilih, sedangkan ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Bahwa ALLAH SWT-lah yang menciptakan segala sesuatu adalah Yang Maha Baik (At Thoyib). ALLAH SWT adalah Maha Raja yang menciptakan jin dan manusia. Zaman ini adalah zaman ketika Rahmat ALLAH SWT (rezeki melalui ciptaanNya) yang sejatinya dekat dengan kehidupan manusia dikecohkan oleh tipu daya Syaithon (yang sejatinya mereka adalah musuh yang nyata bagi manusia dan hanya menyesatkan belaka). Syaithon hanya menjerumuskan manusia ke lubang penderitaan.
Karena sesungguhnya kehidupan ini adalah cobaan, dan manusia diuji siapakah yang paling baik amalnya. Materi yang berlimpah yang ada di depan mata yang menjanjikan kesenangan, sejatinya hanya sebagian kecil dari Rahmat ALLAH SWT yang Maha Luas yang tersimpan di akhirat kelak. Yakni 99 Rahmat ALLAH SWT, atau seceduk di tengah samudera Rahmat Ilahi yang dalam. Mengapakah kita memilih bujukan Syaithon, padahal ALLAH SWT adalah yang Maha Baik dan Maha Penyayang kepada manusia? Kita sendiri yang memilih, sedangkan ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Berlaku Adil
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil,” (QS.Al-maidah :8).
Wanita Adalah Tiang Agama
"Wanita adalah tiang agama, jikalau rusak
wanita maka rusaklah negara, jikalau baik wanita maka baiklah negara."
Jumat, 15 Mei 2015
Kesia-siaan Belaka
Perzinaan hanya akan merusak generasi Islam, dan merusak kehidupan setelah ini (akhirat)... Bertobatlah...
HIDAYAH HANYA MILIK ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah
(petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah
kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang
yang mau menerima petunjuk". [Al Qashash/28 : 56]
Kamis, 07 Mei 2015
40 dampak dan akibat berbuat zina
1) Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa, kemaksiatan dan keburukan
2) Berkurangnya agama / hilangnya kesempurnaan iman
3) Dicabutnya Nur / cahaya iman
4) Hilangnya sikap wara’ (menjaga diri dari dosa)
5) Hilangnya rasa cemburu.
6) Hilangnya rasa percaya diri, sehingga sering was-was, karena do’anya orang pezina tidak diterima Allah
7) Selalu memandang rendah lawan jenis, khususnya pasangan berzinanya
8) Zina membunuh rasa malu
9) Sering berlaku tidak sopan
10) Terkuburnya sifat-sifat mulia dari dirinya
11) Meningkatnya rasa egois atau keakuannya
12) Merusak kekhusyuan dalam beribadah
13) Punahnya ketauladanan pada dirinya
14) Melatih dirinya dengan cara – cara hidup seperti binatang, yang tidak mengenal norma-norma susila dan menghormati nilai – nilai kemanusiaan
15) Menjadikan wajah pelakunya senantiasa lusuh, muram dan gelap.
16) Terbiasa dengan hidup yang kotor dan menjijikan, karenanya berusaha menutupinya dengan penampilannya yang berlebihan
17) Sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terkawal.
18) Pezina senantiasa berfikir untuk gonta-ganti pasangan, selingkuh dan tidak setia
19) Pandai berkata lembut, bersahaja dan pandai merayu, walau sebenarnya iaadalah orang yang kasar dan tidak manusiawi
20) Tertutupnya hati dan mata bathin sehingga sukar menerima nasihat dan kebenaran
21) Mudah sekali berbuat curang, ingkar, berbohong, melanggar hukum dan membuka lebar - lebar pintu kemunafikan
22) Membawa hartanya kepada harta yang tidak barokah
23) Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau setidaknya merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
24) Malas bersedekah dan menjadi kikir
25) Selalu merasakan berbeda dan tidak puas atas apa yang didapatnya dengan apa keinginnanya
26) Menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.
27) Pezina laki-laki berarti telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.
28) Jika wanita yang berzina hamil maka masalah-masalah besarpun akan datang menghampirinya dan melahirkan generasi yang tidak jelas nasabnya
29) Aib pelaku zina akan lebih lama membekas dan mendalam karena walaupun akhirnya pelaku zina itu bertaubat dan membersihkan diri dia akan tetap masih merasa bahwa dirinya berbeda dengan orang yang tidak pernah melakukannya.
30) Zina merusak masa depannya karena meninggalkan aib yang berkepanjangan
31) Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas dengan derajat yang sangat rendah dan dipandang dengan pandangan yang menjijikan serta penuh kebencian
32) Zina mengeluarkan bau busuk melalui mulut atau badannya. Hanya orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) yang dapat mengetahuinya
33) Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim
34) Perzinaan dapat berakibat tergelincirnya pezina menjadi durhaka kepada orang tua, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunannya
35) Mendorong dirinya untuk melakukan pekerjaan/mata pencahariannya yang haram, berbuat zalim bahkan bisa membawa kepada pertumpahan darah serta dosa-dosa besar yang lain.
36) Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat lainnya yang dilakukan pezina, baik sebelum ataupun sesudahnya seperti khamar, madat, judi atau narkoba
37) Pezina senantiasa merasa tidak pernah ada puasnya, sehingga mencari cara-cara lain, baik dengan obat-obatan ataupun dengan cara-cara seks yang menyimpang
38) Pezina biasanya memiliki penyakit menular yang berbahaya seperti HIV Aids, Raja Singa, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah, gatal-gatal yang berkepanjangan
39) Kehilangan begitu banyak rasa nikmatnya beribadah dan lezatnya iman
40) Pezina menuju jalan su’ul khotimah, dengan akhiran hidup yang seburuk – buruknya. (bukan khusnul khotimah)_Naudzubillahi min dzalik
2) Berkurangnya agama / hilangnya kesempurnaan iman
3) Dicabutnya Nur / cahaya iman
4) Hilangnya sikap wara’ (menjaga diri dari dosa)
5) Hilangnya rasa cemburu.
6) Hilangnya rasa percaya diri, sehingga sering was-was, karena do’anya orang pezina tidak diterima Allah
7) Selalu memandang rendah lawan jenis, khususnya pasangan berzinanya
8) Zina membunuh rasa malu
9) Sering berlaku tidak sopan
10) Terkuburnya sifat-sifat mulia dari dirinya
11) Meningkatnya rasa egois atau keakuannya
12) Merusak kekhusyuan dalam beribadah
13) Punahnya ketauladanan pada dirinya
14) Melatih dirinya dengan cara – cara hidup seperti binatang, yang tidak mengenal norma-norma susila dan menghormati nilai – nilai kemanusiaan
15) Menjadikan wajah pelakunya senantiasa lusuh, muram dan gelap.
16) Terbiasa dengan hidup yang kotor dan menjijikan, karenanya berusaha menutupinya dengan penampilannya yang berlebihan
17) Sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terkawal.
18) Pezina senantiasa berfikir untuk gonta-ganti pasangan, selingkuh dan tidak setia
19) Pandai berkata lembut, bersahaja dan pandai merayu, walau sebenarnya iaadalah orang yang kasar dan tidak manusiawi
20) Tertutupnya hati dan mata bathin sehingga sukar menerima nasihat dan kebenaran
21) Mudah sekali berbuat curang, ingkar, berbohong, melanggar hukum dan membuka lebar - lebar pintu kemunafikan
22) Membawa hartanya kepada harta yang tidak barokah
23) Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau setidaknya merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
24) Malas bersedekah dan menjadi kikir
25) Selalu merasakan berbeda dan tidak puas atas apa yang didapatnya dengan apa keinginnanya
26) Menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.
27) Pezina laki-laki berarti telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.
28) Jika wanita yang berzina hamil maka masalah-masalah besarpun akan datang menghampirinya dan melahirkan generasi yang tidak jelas nasabnya
29) Aib pelaku zina akan lebih lama membekas dan mendalam karena walaupun akhirnya pelaku zina itu bertaubat dan membersihkan diri dia akan tetap masih merasa bahwa dirinya berbeda dengan orang yang tidak pernah melakukannya.
30) Zina merusak masa depannya karena meninggalkan aib yang berkepanjangan
31) Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas dengan derajat yang sangat rendah dan dipandang dengan pandangan yang menjijikan serta penuh kebencian
32) Zina mengeluarkan bau busuk melalui mulut atau badannya. Hanya orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) yang dapat mengetahuinya
33) Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim
34) Perzinaan dapat berakibat tergelincirnya pezina menjadi durhaka kepada orang tua, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunannya
35) Mendorong dirinya untuk melakukan pekerjaan/mata pencahariannya yang haram, berbuat zalim bahkan bisa membawa kepada pertumpahan darah serta dosa-dosa besar yang lain.
36) Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat lainnya yang dilakukan pezina, baik sebelum ataupun sesudahnya seperti khamar, madat, judi atau narkoba
37) Pezina senantiasa merasa tidak pernah ada puasnya, sehingga mencari cara-cara lain, baik dengan obat-obatan ataupun dengan cara-cara seks yang menyimpang
38) Pezina biasanya memiliki penyakit menular yang berbahaya seperti HIV Aids, Raja Singa, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah, gatal-gatal yang berkepanjangan
39) Kehilangan begitu banyak rasa nikmatnya beribadah dan lezatnya iman
40) Pezina menuju jalan su’ul khotimah, dengan akhiran hidup yang seburuk – buruknya. (bukan khusnul khotimah)_Naudzubillahi min dzalik
Hauqalah
Dari Abi Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan
kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam
syurga?”, Maka aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”. Maka beliau
menjawab: “Ucapkanlah “Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah".
Selasa, 05 Mei 2015
Mengendalikan Nafsu
bn Athaillah berkata, “Bukanlah lelaki sejati yang menyeru manusia
di suatu majelis. Lelaki sejati adalah yang menyeru dan mengembalikan
nafsunya kepada Allah”.
Fastabiquul Khairat
Dengan niat mencari keridhoaan ALLAH SWT, Insya ALLAH TA'ALA
1) Jihad di Palestina
2) Menjadi Ahli Sedekah
3) Hafidz Al-Quran
4) Membangun Pesantren
5) Membangun saluran irigasi di pedesaan
6) Mengangkat anak yatim
7) Membangun Panti Jompo Khusus Muslim
8) Memberangkatkan haji dan umrah keluarga dan orang yang kurang mampu
9) Memperdalam ilmu Dienul Islam
10) Membangun keluarga sakinah, mawadah, warohmah
11) Pergi haji dan umroh ke Baitullah di Mekkah
12) Ziarah ke makam Rosulullah Muhammad saw
13) Menafkahkan harta yang dicintai
14) Rajin bersolawat kepada Rasulullah Muhammad saw
15) Berdakwah kepada orang yang terdekat dan terjauh
16) Memperbanyak membaca Al-Ikhlas dan Al Kafiruun
17) Memperbanyak membaca istighfar
18) Mati syahid di medan perang fisabilillah (daerah konflik atau perang melawan kaum Kufar Harbi)
19) Menikah dengan keturunan Rasulullah Muhammad saw
20) Berdakwah di daerah terpencil
21) Menjadi Ahli Ruqyah Syariah
22) Berjihad fi sabilillah atau perang di jalan ALLAH SWT
23) Menikah dengan janda Palestina dan mengangkat anak yatim anak Palestina
24) Kurban tiap tahun dan membelikan kurban buat yang kurang mampu
25) Berdakwah di mancanegara
26) Membangun masjid
27) Mencuci Kiswah Kakbah
28) Bekerja di Baitullah di Makkah
Niat baik sudah dihitung pahala oleh Ar Rahman (hadist), dan kalau melakukannya akan dilipatgandakan 7 kali lipat... Semoga menginspirasi... Insya ALLAH TA'ALA
1) Jihad di Palestina
2) Menjadi Ahli Sedekah
3) Hafidz Al-Quran
4) Membangun Pesantren
5) Membangun saluran irigasi di pedesaan
6) Mengangkat anak yatim
7) Membangun Panti Jompo Khusus Muslim
8) Memberangkatkan haji dan umrah keluarga dan orang yang kurang mampu
9) Memperdalam ilmu Dienul Islam
10) Membangun keluarga sakinah, mawadah, warohmah
11) Pergi haji dan umroh ke Baitullah di Mekkah
12) Ziarah ke makam Rosulullah Muhammad saw
13) Menafkahkan harta yang dicintai
14) Rajin bersolawat kepada Rasulullah Muhammad saw
15) Berdakwah kepada orang yang terdekat dan terjauh
16) Memperbanyak membaca Al-Ikhlas dan Al Kafiruun
17) Memperbanyak membaca istighfar
18) Mati syahid di medan perang fisabilillah (daerah konflik atau perang melawan kaum Kufar Harbi)
19) Menikah dengan keturunan Rasulullah Muhammad saw
20) Berdakwah di daerah terpencil
21) Menjadi Ahli Ruqyah Syariah
22) Berjihad fi sabilillah atau perang di jalan ALLAH SWT
23) Menikah dengan janda Palestina dan mengangkat anak yatim anak Palestina
24) Kurban tiap tahun dan membelikan kurban buat yang kurang mampu
25) Berdakwah di mancanegara
26) Membangun masjid
27) Mencuci Kiswah Kakbah
28) Bekerja di Baitullah di Makkah
Niat baik sudah dihitung pahala oleh Ar Rahman (hadist), dan kalau melakukannya akan dilipatgandakan 7 kali lipat... Semoga menginspirasi... Insya ALLAH TA'ALA
Membongkar Kesesatan Rafidhah
ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
Serupa tapi tak sama. Barangkali
ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara
fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah.
Namun jika ditelusuri—terutama dari sisi akidah—perbedaan di antara
keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan.
Apa Itu Syi’ah?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus 5/405, karya az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali al-Awaji). Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib z lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (al-Fishal fil Milali wal Ahwa wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm)
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus 5/405, karya az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali al-Awaji). Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib z lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (al-Fishal fil Milali wal Ahwa wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm)
Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami
sejumlah pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini
terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah),
Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak
cabang-cabangnya. (al-Milal wan Nihal, hlm. 147, karya
asy-Syihristani). Tampaknya, yang terpenting untuk diangkat pada
kesempatan kali ini adalah sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak
dahulu hingga kini berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum
muslimin. Dengan segala cara, kelompok sempalan ini terus-menerus
menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih lagi kini didukung
dengan negara Iran-nya.
Rafidhah رَافِضَة, diambil dari رَفَضَ –
يَرْفُضُ yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna تَرَكَ – يَتْرُكُ,
meninggalkan (al-Qamus al-Muhith, hlm. 829). Sedangkan dalam
terminologi syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan)
Abu Bakr dan Umar, berlepas diri dari keduanya, dan mencela sekaligus
menghina para sahabat Nabi n. (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir
Rafidhati lil Yahud, 1/85, karya Abdullah al-Jumaili). Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa
Rafidhah itu?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang
mencela Abu Bakr dan Umar c.” (ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul
hlm. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t)
Sebutan “Rafidhah” ini erat kaitannya
dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib dan para
pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan
di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86)
Asy-Syaikh Abul Hasan al-Asy’ari berkata,
“Zaid bin ‘Ali adalah seorang yang
melebihkan ‘Ali bin Abu Thalib z atas seluruh sahabat Rasulullah n,
mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, serta memandang bolehnya memberontak1
terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di
tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari
sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun
mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya)
meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka:
رَفَضْتُمُوْنِي؟
“Kalian tinggalkan aku?”
Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka
dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka
“Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin, 1/137)
Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam Majmu’ Fatawa (13/36). Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah. Rafidhah sendiri terpecah menjadi beberapa cabang. Namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah al-Itsna ‘Asyariyyah.
Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam Majmu’ Fatawa (13/36). Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah. Rafidhah sendiri terpecah menjadi beberapa cabang. Namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah al-Itsna ‘Asyariyyah.
Siapakah Pencetusnya?
Pencetus pertama bagi paham Syi’ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Asal ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa, pen).” (Majmu’ Fatawa, 4/435)
Pencetus pertama bagi paham Syi’ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Asal ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa, pen).” (Majmu’ Fatawa, 4/435)
Sesatkah Syi’ah Rafidhah ?
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (akidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka.
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (akidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka.
a. Tentang Al-Qur’an
Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far ash-Shadiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam Juz 1, hlm. 239—240, dari Abu Abdillah ia berkata, “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihassalam. Mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata, ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata, ‘Mushaf tiga kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian…’.” (Dinukil dari kitab asy-Syi’ah wal Qur’an, hlm. 31—32, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad at-Taqi an-Nuri ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.
Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far ash-Shadiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam Juz 1, hlm. 239—240, dari Abu Abdillah ia berkata, “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihassalam. Mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata, ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata, ‘Mushaf tiga kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian…’.” (Dinukil dari kitab asy-Syi’ah wal Qur’an, hlm. 31—32, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad at-Taqi an-Nuri ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.
b. Tentang sahabat Rasulullah.
Diriwayatkan oleh “imam al-jarh wat ta’dil” mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 12—13) dari Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapakah tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.” (al-Kafi, 8/248, dinukil dari asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 45, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir al-Husaini al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 46)
Adapun sahabat Abu Bakr dan ‘Umar , dua manusia terbaik setelah Rasulullah, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya:
Diriwayatkan oleh “imam al-jarh wat ta’dil” mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 12—13) dari Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapakah tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.” (al-Kafi, 8/248, dinukil dari asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 45, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir al-Husaini al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 46)
Adapun sahabat Abu Bakr dan ‘Umar , dua manusia terbaik setelah Rasulullah, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya:
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَالْعَنْ صَنَمَيْ
قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا
“Ya Allah, semoga shalawat selalu
tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala
Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua
putri mereka….”
Yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah (pen). (Dinukil dari kitab al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18, karya as-Sayyid Muhibbuddin al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ah al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama). Hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari kebanggaan, hari kemuliaan, kesucian, hari barakah, serta hari sukaria. (al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18)
Yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah (pen). (Dinukil dari kitab al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18, karya as-Sayyid Muhibbuddin al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ah al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama). Hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari kebanggaan, hari kemuliaan, kesucian, hari barakah, serta hari sukaria. (al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18)
Adapun ‘Aisyah dan para istri
Rasulullah lainnya, mereka yakini sebagai pelacur—na’udzu billah min
dzalik—. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar
Ma’rifatir Rijal (hlm. 57—60) karya ath-Thusi, dengan menukilkan (secara
dusta) perkataan sahabat Abdullah bin ‘Abbas terhadap ‘Aisyah, “Kamu
tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang
ditinggalkan oleh Rasulullah….” (Dinukil dari kitab Daf’ul Kadzibil
Mubin al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mukminin, hlm. 11, karya
Dr. Abdul Qadir Muhammad ‘Atha)
Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, al-Imam Malik bin Anas t berkata, “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad) adalah seorang yang jahat. Karena, kalau memang ia orang saleh, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang saleh.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hlm. 580)
Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, al-Imam Malik bin Anas t berkata, “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad) adalah seorang yang jahat. Karena, kalau memang ia orang saleh, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang saleh.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hlm. 580)
c. Tentang imamah (kepemimpinan umat)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata, “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah ini (menurut mereka, red.) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib dan keturunannya, sesuai dengan nash wasiat Rasulullah . Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin, seperti Abu Bakr, ‘Umar, dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia (wilayah) Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 16—17)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata, “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah ini (menurut mereka, red.) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib dan keturunannya, sesuai dengan nash wasiat Rasulullah . Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin, seperti Abu Bakr, ‘Umar, dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia (wilayah) Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 16—17)
Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam
ini ma’shum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang
ghaib. al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Kami bangga bahwa para imam kami
adalah para imam yang ma’shum, mulai ‘Ali bin Abu Thalib hingga
Penyelamat Umat manusia al-Imam al-Mahdi, sang penguasa zaman—baginya
dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salam—yang dengan
kehendak Allah Yang Mahakuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi
perkara-perkara yang ada.” (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 5, dinukil
dari Firaq Mu’ashirah, 1/192)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu per satu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu per satu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.
d. Tentang taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariyyah, hlm. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-A’jami, “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196)
Oleh karena itu, al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, beliau berkata, “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.”
Demikian pula al-Imam asy-Syafi’i t berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27—28, karya al-Imam adz-Dzahabi t)
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariyyah, hlm. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-A’jami, “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196)
Oleh karena itu, al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, beliau berkata, “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.”
Demikian pula al-Imam asy-Syafi’i t berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27—28, karya al-Imam adz-Dzahabi t)
e. Tentang Raj’ah
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib ) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.” (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib ) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.” (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)
f. Tentang al-Bada’
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada’ ini terjadi pada Allah l. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252)
Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4.
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen.) di masa Rasulullah n, serta lebih utama dari masyarakat Kufah dan Irak di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.” (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hlm. 192)
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada’ ini terjadi pada Allah l. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252)
Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4.
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen.) di masa Rasulullah n, serta lebih utama dari masyarakat Kufah dan Irak di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.” (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hlm. 192)
Perkataan Ulama tentang Syi’ah Rafidhah
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili di dalam kitabnya al-Intishar Lish Shahbi wal Aal (hlm. 100—153) menukilkan sekian banyak perkataan ulama tentang mereka. Namun karena sangat terbatasnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam ‘Amir asy-Sya’bi t berkata, “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (as-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin al-Imam Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan ats-Tsauri t ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar c, beliau berkata, “Ia telah kafir kepada Allah l.” Kemudian ditanya, “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata, “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumallah, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal t berkata, “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah g) itu sebagai orang Islam.” (as-Sunnah, 1/493, karya al-Khallal)
5. Al-Imam al-Bukhari t berkata, “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi (penganut Jahmiyah, red.) dan Rafidhi (penganut Syiah Rafidhah, red.), atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh, red.). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hlm. 125)
6. Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi t berkata, “Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari sahabat Rasulullah n, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita adalah haq dan Al-Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah para sahabat Rasulullah n. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para sahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah (orang-orang zindiq).” (al-Kifayah, hlm. 49, karya al-Khathib al-Baghdadi t)
Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran. Amin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili di dalam kitabnya al-Intishar Lish Shahbi wal Aal (hlm. 100—153) menukilkan sekian banyak perkataan ulama tentang mereka. Namun karena sangat terbatasnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam ‘Amir asy-Sya’bi t berkata, “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (as-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin al-Imam Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan ats-Tsauri t ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar c, beliau berkata, “Ia telah kafir kepada Allah l.” Kemudian ditanya, “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata, “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumallah, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal t berkata, “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah g) itu sebagai orang Islam.” (as-Sunnah, 1/493, karya al-Khallal)
5. Al-Imam al-Bukhari t berkata, “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi (penganut Jahmiyah, red.) dan Rafidhi (penganut Syiah Rafidhah, red.), atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh, red.). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hlm. 125)
6. Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi t berkata, “Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari sahabat Rasulullah n, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita adalah haq dan Al-Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah para sahabat Rasulullah n. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para sahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah (orang-orang zindiq).” (al-Kifayah, hlm. 49, karya al-Khathib al-Baghdadi t)
Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran. Amin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Pandangan ini tentunya bertentangan
dengan ajaran Rasulullah n sebagaimana yang terdapat dalam banyak sabda
beliau, di antaranya dalam Shahih Muslim, “Kitabul Imarah”.
2 Untuk lebih rincinya tentang Abdullah bin Saba’, lihat al-Kamil fit Tarikh, 3/154, karya Ibnul Atsir, al-Bidayah wan Nihayah, 7/176, karya Ibnu Katsir, dan Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahudi, karya Abdullah al-Jumaili, 1/98—164.
3 Menurut mereka, rukun Islam juga ada lima, akan tetapi mereka mengganti dua kalimat syahadat dengan imamah.
4 Secara jujur, ada kemiripan antara prinsip (akidah) mereka dengan prinsip (akidah) Yahudi, sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama. Untuk lebih rincinya, lihat kitab Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud, karya Abdullah al-Jumaili.
2 Untuk lebih rincinya tentang Abdullah bin Saba’, lihat al-Kamil fit Tarikh, 3/154, karya Ibnul Atsir, al-Bidayah wan Nihayah, 7/176, karya Ibnu Katsir, dan Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahudi, karya Abdullah al-Jumaili, 1/98—164.
3 Menurut mereka, rukun Islam juga ada lima, akan tetapi mereka mengganti dua kalimat syahadat dengan imamah.
4 Secara jujur, ada kemiripan antara prinsip (akidah) mereka dengan prinsip (akidah) Yahudi, sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama. Untuk lebih rincinya, lihat kitab Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud, karya Abdullah al-Jumaili.
diambil dari http://asysyariah.com/membongkar-kesesatan-syiah.html
http://salafy.or.id/blog/2012/09/03/membongkar-kesesatan-syiah/
Wanita dalam Islam
Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktunya, menjalankkan puasanya, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang disukainya”
“Apabila seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktunya, menjalankkan puasanya, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang disukainya”
Pintu Taubat Selalu Terbuka...
Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’
[Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah
berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah
mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat
dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai
Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat
dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa
dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya),
kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah
dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi
setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah
diampuni.”( HR. Muslim no. 2758)
Minggu, 03 Mei 2015
"18 GOLONGAN ORANG YANG DICINTAI ALLAH SWT"
Siapakah mereka golongan orang-orang yang beruntung karena telah dicintai Allah SWT. Siapa sajakah mereka dan kenapa Allah SWT sangat sayang dan mencintai mereka? Mereka adalah :
1. AT-TAWWABIN (orang-orang yang bertaubat)
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Q.S. Al-Baqarah 222)
2. AL-MUTATHOHHIRIN (orang-orang yang suka bersuci atau menjaga wudhu')
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang bertaubat dan menyukai orang² yang mensucikan diri...!!! (QS. Al-Baqarah 222)
3. AL-MUQSITHIN (orang-orang yang adil.)
"Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang adil." (QS. Al-Maa’idah 42)
4. AL-MUTTAQIN (orang-orang yang taqwa.)
"Katakanlah sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Imran 76)
5. AL-MUHSININ (orang-orang yang suka berbuat kebaikan.)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Q.S. Ali ‘Imran 134)
6. AL-MUTAWAKKILIN (orang-orang yang bertawakal)
Orang² yang bertawakal kepada ALLAH kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang² yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali ‘Imran 159)
7. AS-SHOBIRIN (orang-orang yang sabar)
"Allah menyukai orang-orang yang sabar." (Ali ‘Imran 146)
8. ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI RASUL.
Katakanlah; “Jika kamu mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali ‘Imran 31)
9. ORANG-ORANG YANG BERPERANG (JIHAD) DI JALAN ALLAH SWT.
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash-Shaff 4)
10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata² yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam.
11. Orangorang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada Allah SWT.
12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (AL-HAYA') dan santun (AL-HALIM).
Rasulullah SAW bersabda; ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji." (H.R. Muta’afiffah)
13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda; ”Tiga macam orang yang ALLAH mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca;
"Kitab Allah (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan²nya menyerahkan diri kepada musuh.” (H.R. Muslim)
14. Orang orang yang saling mencintai di jalan Allah SWT, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada Allah SWT.
Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa Allah SWT telah berfirman;
”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang suka bersilaturrahim di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU.”
15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya.
Allah SWT Berfirman; ”Tiada yang lebih AKU cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah AKU wajibkan baginya.”
16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun.
Rasulullah SAW bersabda; ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun.” (HR. Muslim)
17. Orang² yang banyak mengingat mati.
Rasulullah SAW bersabda; ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya ALLAH mencintainya.” (HR. Muslim)
18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai Allah SWT dan Rasul-NYA, dan membenci apa yang dibenci Allah SWT dan Rasul-NYA.
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW; ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA.”
Rasulullah SAW pun bersabda; ”Cintailah apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh ALLAH dan Rasul-NYA."
SubhanAllah....
Siapakah mereka golongan orang-orang yang beruntung karena telah dicintai Allah SWT. Siapa sajakah mereka dan kenapa Allah SWT sangat sayang dan mencintai mereka? Mereka adalah :
1. AT-TAWWABIN (orang-orang yang bertaubat)
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Q.S. Al-Baqarah 222)
2. AL-MUTATHOHHIRIN (orang-orang yang suka bersuci atau menjaga wudhu')
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang bertaubat dan menyukai orang² yang mensucikan diri...!!! (QS. Al-Baqarah 222)
3. AL-MUQSITHIN (orang-orang yang adil.)
"Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang adil." (QS. Al-Maa’idah 42)
4. AL-MUTTAQIN (orang-orang yang taqwa.)
"Katakanlah sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Imran 76)
5. AL-MUHSININ (orang-orang yang suka berbuat kebaikan.)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Q.S. Ali ‘Imran 134)
6. AL-MUTAWAKKILIN (orang-orang yang bertawakal)
Orang² yang bertawakal kepada ALLAH kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang² yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali ‘Imran 159)
7. AS-SHOBIRIN (orang-orang yang sabar)
"Allah menyukai orang-orang yang sabar." (Ali ‘Imran 146)
8. ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI RASUL.
Katakanlah; “Jika kamu mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali ‘Imran 31)
9. ORANG-ORANG YANG BERPERANG (JIHAD) DI JALAN ALLAH SWT.
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash-Shaff 4)
10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata² yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam.
11. Orangorang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada Allah SWT.
12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (AL-HAYA') dan santun (AL-HALIM).
Rasulullah SAW bersabda; ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji." (H.R. Muta’afiffah)
13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda; ”Tiga macam orang yang ALLAH mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca;
"Kitab Allah (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan²nya menyerahkan diri kepada musuh.” (H.R. Muslim)
14. Orang orang yang saling mencintai di jalan Allah SWT, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada Allah SWT.
Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa Allah SWT telah berfirman;
”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang suka bersilaturrahim di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU.”
15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya.
Allah SWT Berfirman; ”Tiada yang lebih AKU cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah AKU wajibkan baginya.”
16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun.
Rasulullah SAW bersabda; ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun.” (HR. Muslim)
17. Orang² yang banyak mengingat mati.
Rasulullah SAW bersabda; ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya ALLAH mencintainya.” (HR. Muslim)
18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai Allah SWT dan Rasul-NYA, dan membenci apa yang dibenci Allah SWT dan Rasul-NYA.
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW; ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA.”
Rasulullah SAW pun bersabda; ”Cintailah apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh ALLAH dan Rasul-NYA."
SubhanAllah....
Memperbaiki Diri
Ayat 114 surat Huud "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk".
Sabtu, 02 Mei 2015
Jihad di Jalan ALLAH
Berjihad di jalan ALLAH SWT untuk menolong Dienul Islam... Menjadi manusia yang bertakwa
Pejuang Islam
Mencintai ilmu Dienul Islam dan menjadi pejuang Sunnah Rasulullah Muhammad SAW... Wallahu'alam
Rahmat dan Maghfiroh
Bukan amal perbuatan kita yang mengantarkan kita kepada JannahNya, melainkan Rahmat dan Maghfiroh dari ALLAH SWT... (Hadist Rasulullah Muhammad SAW)
Tadabbur Ar Rahman
Surat Ar Rahman: Jadilah makhluk ALLAH SWT yang pandai mensyukuri karunia kehidupan yang ALLAH SWT berikan. Apabila bersyukur kelak ALLAH SWT akan memberikan tambahan nikmat, namun jika kufur maka azab ALLAH SWT (Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji) sangat pedih... Dan beribadahlah secara ikhlas kepada Ar Rohman... (Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan Ar Rahman ayat 60...)
Semoga menjadi i'tibar... Wallahu'alam bi showab
Semoga menjadi i'tibar... Wallahu'alam bi showab
Langganan:
Postingan (Atom)